Chapter LXV (Abyss)

1.2K 137 20
                                    

"Kau tahu kata maaf tidak akan menyelesaikan apapun?"

"..."

Lagi-lagi Haechan hanya bisa terdiam, lantaran sama sekali tidak memungkiri jika perkataan dari salah satu orang tuanya itu memang benar adanya.

Haechan tahu maaf yang terucap di bibir saja tidak akan mengubah apapun, jika pada realitanya Ia tidak berusaha untuk memaknai permintaan maafnya itu dalam sebuah tindakan nyata.

Haechan tahu semua itu, hingga pada level membuatnya tidak mampu berkutik selain terus-terusan menundukan kepala dalam, sembari meremat selembar selimut yang melapisi pangkuannya.

Haechan merasa dirinya memang pantas menerima semua luapan emosi dari Ten yang begitu kecewa akan tindakannya lima tahun lalu.

Ya.

Haechan memang bodoh.

Haechan memang gegabah.

Haechan memang angkuh.

Dan Haechan sangat menyesalinya sekarang.

Sangat.

"Nyonya Seo."

Di tengah rasa bersalahnya yang begitu membuncah itu, Haechan tidak memungkiri bila Ia lumayan terkejut saat mendengar suara Chenle terdengar memanggil Ten. Sebuah reaksi yang sama halnya terjadi pada Johnny, yang bahkan sempat ikut menundukan kepalanya saking turut merasa bersalah, karena telah menyembunyikan rahasia tentang putra bungsunya selama bertahun-tahun—walau kenyataannya Ten telah mengetahui hal tersebut sejak awal. Sungguh berbeda sekali dengan kondisi Chenle saat ini yang telah menatap langsung kepada Ten, maupun Ten sendiri yang telah mengalihkan pandangannya agar terfokus pada Chenle seorang.

"Lalu kenapa kalau Haechan hyung melakukan semuanya sendirian?"

DEG!

Belum habis rasa keterkejutan Haechan dan Johnny akan sosok Chenle yang berani bersuara di saat Ten tengah meluapkan kekecewaannya, mereka harus dibuat serangan jantung oleh sikap Chenle yang kembali berbicara dengan ungkapan yang terdengar sedikit menantang di situasi saat ini.

Maka dari itu, bukanlah sebuah hal yang aneh jika Johnny bergegas mengambil tindakan dengan niat memperingatkan Chenle.

"Chen—"

Tapi niat tersebut langsung Johnny urungkan saat menyadari isyarat dari Ten yang menyuruhnya untuk bungkam. Hal tersebut tentu saja dimanfaatkan Chenle untuk melanjutkan perkataannya.

"Yang jelas keinginan Haechan hyung untuk melindungi semua orang yang dia sayang itu nyata."

"..."

"Kalau pada akhirnya Haechan hyung membuat kesalahan dan membuat semua orang menderita, lalu kenapa?"

"..."

"Bukannya semua orang berhak berusaha dan mengambil risiko dalam hidupnya?"

"..."

"Kalau pada akhirnya semua usaha Haechan hyung mengalami kegagalan, lalu apakah hasilnya hanya berhenti sampai di situ saja?"

"..."

"Maaf jika Saya lancang, Nyonya Seo," ucap Chenle lagi seraya mengepalkan kedua tangannya erat, "Saya hanya tidak tahan mendengar Anda menyalahkan Haechan hyung yang juga sama menderitanya dengan kita semua," lanjutnya sambil berusaha menahan emosinya yang nyaris meledak, "Bukannya lebih baik kita fokus menyelesaikan masalah yang ada dibandingkan meratapi apa yang sudah terjadi?"

"..."

"..."

"..."

"..."

ReverseWo Geschichten leben. Entdecke jetzt