Chapter XLIV (Conceal & Dream)

1.3K 132 9
                                    

"Kami akan menunggumu di markas."

"Arasseo."

"Aku harap kau sudah ada di sana sesuai dengan waktu yang kita sepakati."

"..."

"Mice?"

"..."

"Hei! Mice?! Ada apa?!"

"Tiger, boleh aku... sedikit terlambat?"

"..."

"..."

"Jisung ah, kau baik-baik saja?"

"..."

"..."

"Aku... hanya perlu sedikit waktu untuk menyelesaikan masalah sebelum kita pergi."

"..."

"..."

"Arasseo, aku akan memberitahu yang lain."

"Gomawo, Hyung."

Sambungan telepon itu terputus seketika, mengiringi sosok Jisung yang kini berdiri di sebuah beranda kamar tampak menengadahkan kepala ke arah langit yang masih sedikit menggelap oleh karena rintik hujan yang menghiasi suasana subuh di pagi hari itu. Jisung sedikit menghempas napas sebelum mengalihkan maniknya ke arah jendela lebar yang ada di belakang tubuhnya, hanya untuk menangkap bayangan dari sosok Chenle yang terlihat masih terlelap dalam mimpinya dengan balutan selimut hangat yang membungkus tubuhnya seperti kepompong.

Ceklek!

Jisung tahu bila tindakannya ini menyalahi aturan.

Jisung tahu bila tindakannya ini haram hukumnya untuk terjadi.

Jisung tahu bila tindakannya ini berlandaskan perasaan yang seharusnya tidak boleh Ia turuti.

Tapi pada akhirnya Jisung hanya tidak mampu mengabaikan kata hatinya yang terpenuhi akan keinginan untuk menyelinap dan menemui Chenle di kamarnya secara diam-diam seperti ini, ketika selama seharian kemarin gertakan dari sang maknae dari Eclipse selalu terngiang-ngiang di kepalanya hingga sekarang bagaikan bayangan hantu yang memenuhi otaknya setelah menonton film horor.

Jisung hanya terlampau tahu, jika Chenle sedang tidak baik-baik saja.

Dengan alasan itu pula, Jisung seakan tak mampu menguasai langkah kakinya yang berjalan semakin mendekat menuju ke arah ranjang dimana Chenle tampak masih terlelap dalam posisi memunggunginya. Bertepatan dengan sosok Jisung yang telah berdiri kokoh di pinggir ranjang itulah, di balik keremangan lampu yang memenuhi suasana kamar mewah tersebut, Jisung berusaha sekuat tenaga untuk menahan pergerakan tangannya agar tidak membelai surai Chenle yang kini terlihat menutupi kelopak matanya yang terpejam erat.

Tidak.

Jisung sengaja menyelinap bukan untuk melakukan hal sekurang ajar itu pada Chenle. Sebab, Jisung sengaja menuruti perkataan hatinya hanya untuk memastikan dengan kedua bola matanya sendiri, jika Chenle akan baik-baik saja di bawah penjagaan orang lain selama Jisung pergi menjalankan misi dengan para Hyung-nya untuk menangkap ekor dari Si Nomor Dua, atau...

Jisung lantas menundukan kepalanya dalam-dalam seraya menggigit bibirnya keras.

Sialan.

Perasaan sialan.

Jisung benci ketika perasaan yang muncul di benaknya untuk merengkuh Chenle dalam pelukannya seperti ini, seakan-akan tidak akan mampu Jisung tahan selamanya.

Jisung benci ketika perasaan yang berlandaskan pada kekhawatiran semacam ini, sangat membuatnya ingin membisikan di telinga Chenle, jika "tuan"nya itu tidak perlu menahan semuanya sendirian.

ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang