Chapter LXXII (Intrigue)

1K 106 10
                                    

"Tapi Grandpa, rasanya tidak adil sekali kalau kita tidak memberitahu Haechan hyung tentang informasi ini."

"Child, kau sendiri yang bertanya, dan kau sendiri yang menjawabnya. Lalu untuk apa kau menanyakannya padaku jika kau bisa memberi keputusan sendiri?"

"Grandpa, ini namanya diskusi. Aku hanya ingin memberi keputusan yang terbaik untuk Haechan hyung."

Dari ekspresi kekalutan Chenle yang terbias begitu sempurna oleh kebiasaannya yang menggigit ujung jarinya sendiri itulah, Johnny lantas tersenyum tipis sebelum menepuk kepala Chenle dengan pelan.

Bagaimana pun,

Johnny turut merasa beruntung lantaran putra bungsunya benar-benar dikelilingi oleh orang-orang yang mengasihinya.

"Kalau kau meminta pendapatku, aku lebih cenderung memberitahukan informasi ini pada ibumu," balas Johnny, "Dia berhak mengetahuinya. Dan sebagai orang tuanya, aku mendukung keputusan apapun yang akan dia ambil."

Chenle sempat terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata.

"Aku hanya khawatir. Apa saat ini benar-benar waktu yang tepat untuk memberitahunya? Apalagi kondisi emosional Haechan hyung semakin tidak terkendali sejak duelnya melawan Azure dua minggu lalu."

Ya.

Bukan sekadar terdeskripsikan dengan kata "hanya", pada kenyataannya Chenle benar-benar khawatir dengan kondisi psikis Haechan selama sebulanan ini.

Chenle masih ingat, pada minggu pertama semasa Ia menjalani training-nya dengan Ten, pada akhirnya granny unofficial-nya tersebut benar-benar mengajaknya untuk ikut memantau Haechan selama kembali "berlatih" di Underground.

Kala itu, Chenle yang tergolong pemula kelas kakap dalam perduniaan Underground, sempat mempertanyakan kenapa mereka bertiga masih harus menggunakan sebuah topeng yang menutupi sekitar mata mereka, meski telah menggunakan nano mask sekalipun.

Ternyata selain menggaransi identitas mereka agar tetap rahasia, warna dari topeng tersebut merupakan simbol dari masing-masing kasta yang diberlakukan di Underground. Seperti topeng putih yang Chenle gunakan saat itu, sebagai penegas bahwa dirinya termasuk "orang baru" di sana.

Tak hanya itu, Chenle juga sempat mempertanyakan mengapa Ten maupun Johnny begitu mewanti-wanti dirinya agar tetap waspada selama perjalanan mereka menuju area Ring, meski dirinya berada di bawahnya pengawasan dari salah satu di antara keduanya sekalipun semasa kunjungan mereka di Underground.

Sampai sekarang pun, Chenle bahkan masih merinding sekaligus jijik jika teringat kembali, akan memori yang nyaris saja merenggut keperawanan pantatnya, saat ada orang yang tidak Ia kenali di dalam area Underground nyaris saja meremasnya.

Iya.

Benar-benar ada orang asing yang nyaris meremas pantat Chenle!

Bangsat sekali kan?!

Maksud Chenle,

Jisung saja lho, belum pernah meremas pantatnya, mana mungkin Ia membiarkan orang lain menyentuhnya kan?

Ih! Amit-amit!

Pokoknya segala apapun yang ada pada diri Chenle hanya milik dirinya sendiri—dan mungkin juga milik Jisung?

Baiklah, cukup dengan kesalahfokusan Chenle saat ini.

Tapi serius, saat itu sebenarnya Chenle sendiri pun tidak menyadarinya, andaikata ekor matanya tidak menangkap pergerakan bak kilat milik Haechan yang memposisikan diri di belakang tubuhnya, dengan telapak tangan yang langsung mencengkram kuat bagian wajah dari pria bejad tersebut, sebelum menghantamkan kepalanya dengan kuat ke dinding di samping mereka.

ReverseWhere stories live. Discover now