Chapter LXXI (Heartsore)

1K 116 15
                                    

"Apa ini yang namanya berlatih?"

"Itu pertanyaan atau sarkasme?"

"Dua-duanya."

"..."

"..."

"Hei, barang kali kau mendadak amnesia. Tapi serius, ini sudah keempat kalinya kau mengatakan hal yang sama, Child."

"Begitu pula denganmu, Grandpa."

Johnny lantas terkekeh.

Jika ada yang menanyakan situasi macam apa yang tengah Johnny hadapi saat ini, berbekal sesosok "bocah" yang secara unofficial telah Ia akui sebagai cucunya, maka secara terbuka Ia akan mengatakan, bila dirinya dan Chenle benar-benar sedang berada di Underground.

Iya.

Underground yang itu.

Tepatnya terduduk di sebuah bangku memanjang secara berdampingan, seraya melihat Haechan yang masih saja "mengamuk" di Ring, meski satu bulan telah berlalu sejak Sang Pemimpin Eclipse tersebut mendapat kabar bila Mark dinyatakan koma tanpa kejelasan kapan akan tersadar.

Masih terukir jelas di sel kelabu otak Johnny, situasi mengejutkan yang sempat Ia rasakan ketika mendengar fakta bila Mark bukanlah satu-satunya anak dari Jaehyun dan Taeyong, harus segera berubah di detik berikutnya, usai ponselnya berdering dengan nada yang lumayan nyaring. Gara-gara itu, Johnny terpaksa mengecek layar ponselnya secepat mungkin, hanya untuk sedikit melebarkan maniknya usai menangkap nama Jaehyun tertera di sana.

Setelah sempat mengisyaratkan pada seluruh penghuni ruang rawat Haechan untuk menutup mulut rapat-rapat, Johnny lantas menerima panggilkan tersebut dengan ekspresi lumayan heran.

Bagaimana tidak?

Sepertinya baru sekitar setengah jam yang lalu Jaehyun meninggalkan ruang rawat putra bungsunya, kenapa mendadak menelepon Johnny seperti ini kan?

"Yeoboseyo?"

"Hyung... apa kau bisa meminta Ten untuk datang ke ruang rawat Mark sekarang?"

"Huh?"

"Maaf... sepertinya Taeyong membutuhkan Ten saat ini."

"Tunggu Jaehyun, ada apa dengan nada suaramu? Dan kenapa Taeyong membutuhkan Ten?"

"Hyung..."

Dan penjelasan dari Jaehyun setelahnya, berhasil membuat Johnny berusaha mati-matian untuk tetap bersikap tenang, meski jauh di dalam benaknya merasa kalut tidak karuan.

Bertepatan dengan sambungan telepon yang terputus, Johnny hanya bisa membalas tatapan penasaran dari orang di sekitarnya dengan bias tidak terdeskripsikan, sebelum menghampiri Haechan yang terlihat kebingungan akan sikap Johnny.

"Cupcake..."

Dari cara Johnny menepuk kedua pundaknya dengan pelan, sebelum merematnya lumayan erat, sebenarnya Haechan sudah bisa menerka-nerka bila ada yang tidak beres dengan sambungan telepon tadi.

Tapi sumpah, setidak beres apapun percakapan yang terjadi di antara keduanya, bukanlah hal ini lah yang ingin Haechan dengan dari bibir Sang Daddy.

"Mark... koma."

Sungguh, bahkan Johnny tidak sanggup lagi mendeskripsikan suasana macam apa yang begitu terasa di ruangan tersebut, selain ekspresi syok dan terkejut yang begitu mendominasi wajah dari semua orang yang ada di sana.

Tapi Johnny masih bisa mengingat dengan jelas, reaksi Haechan yang terjebak akan keterdiamannya dengan kepala tertunduk dalam, yang mana membuatnya langsung memeluk ringan putra bungsunya tersebut.

ReverseWhere stories live. Discover now