Chapter LXXXII (Past)

959 99 8
                                    

"Berhenti! Dasar bocah-bocah menyusahkan!"

Masih dalam kondisi berlarian di belakang Jaemin dan Renjun di trotoar jalan pinggiran kota yang lumayan sepi. Haechan sumpah berusaha menahan perasaan kesalnya, usai mendengar suara teriakan dari seorang pria yang masih saja mengejar mereka dengan satu pria lainnya.

Sungguh.

Sepanjang 15 tahun dirinya hidup di muka Bumi, Haechan benar-benar tidak habis pikir dengan ucapan macam apa yang baru saja keluar dari pria jahat di belakang mereka itu.

Ya maksud Haechan.

Sudah jelas sekali dirinya bersama Jaemin dan Renjun sempat ditangkap secara ilegal oleh mereka berdua, dengan dijebloskan secara paksa ke dalam mini van bercat hitam, sebelum melaju kabur dari tempat kejadian perkara dengan begitu kilatnya.

Itu penculikan kan?

Dan ketika pada akhirnya ketiga dari mereka memiliki kesempatan untuk melarikan diri dari kejahatan tersebut. Mana mau mereka menghentikan pelarian mereka, hanya dengan diteriaki kosa kata penuh umpatan seperti itu?

Serius.

Si penculik ini aslinya bodoh atau bagaimana sih?

Sumpah, Haechan kesal sekali.

DOR!

"Berhenti atau kalian akan kutembak!"

Oke.

Baiklah.

Situasi benar-benar gawat sekarang.

Terlebih saat manik hazel Haechan menangkap sosok Jaemin yang terjatuh akibat terjegal kakinya sendiri, lantaran terkejut dengan suara tembakan yang dilayangkan dari salah satu penculik tersebut. Dari warna suara yang berbeda itulah, Haechan paham bila sang partner dari penculik yang sempat meneriaki mereka bertiga tadi, sepertinya lebih memiliki otak dibandingkan pria sebelumnya. Sebuah hal yang sangat disesali Haechan, karena secara tidak langsung dirinya jadi membahayakan nyawa kedua sahabatnya.

"Nana! Kau berdarah!"

"Uh... Njunie... Hyuckie... hiks..."

Itu adalah seruan panik dari Renjun, di sela-sela tangannya yang berusaha membantu Jaemin agar segera bangkit dari posisinya, meski darah masih saja menghiasi kening Jaemin akibat terantuk batu di tengah trotoar. Pemandangan yang membuat Haechan membelalakan maniknya penuh sirat khawatir, di tengah laju berlari para penculik yang semakin mendekat ke arah mereka.

Gawat.

Gawat sekali.

Kalau mereka bertiga sampai tertangkap lagi, sudah pasti akan sulit bagi mereka untuk kabur dari penculikan itu untuk kedua kalinya.

Tapi bagaimana ini?

Meski pada akhirnya, di tengah sesegukannya itu Jaemin berhasil bangkit dan kembali melanjutkan lari mereka ke sembarang arah. Haechan tetap tidak bisa membiarkan hal ini terus terjadi, atau nyawa Renjun dan Jaemin akan benar-benar melayang oleh karenanya.

Haechan harus segera memikirkan ide paling efisien untuk mengatasi situasi kaos ini.

Tapi apa?

Haechan tidak mungkin membongkar kemampuan bertarungnya di depan Jaemin dan Renjun. Sebab, sesuai wanti-wanti dari Ten sebelumnya, identitas dirinya sebagai Crimson memanglah harus dirahasiakan dalam bentuk apapun. Dan hanya keluarga inti maupun orang-orang khusus saja yang boleh mengetahui itu.

Bukan tanpa alasan.

Karena semua itu adalah langkah awal, untuk mengelabuhi siapapun itu pihak yang berniat mencelakai dirinya, sebagai salah satu keturunan yang akan mewarisi seluruh harta dan tahta Keluarga Seo.

ReverseWhere stories live. Discover now