Chapter LVII (Riddle & Bombshell)

1.2K 124 12
                                    

"Ya! Berhenti kabur seperti pengecut, sialan!"

Celaka.

Dari sekian banyak peserta yang mengikuti round kali ini, kenapa pula Jeno harus bertemu dengan Chenle yang kini sedang mengejarnya bak lumba-lumba kesetanan seperti itu?

DOR!

Shit.

Jeno benar-benar tidak punya pilihan selain terus melangkahkan kakinya dengan cepat demi menghindari tembakan dari maknae Eclipse di belakang sana.

Ugh.

Jeno agak sedikit menyesali keputusannya lantaran hanya berfokus untuk mencari berbagai jenis sniper dan beberapa amunisi, dibandingkan mempersiapkan dirinya dengan senjata api jarak dekat seperti yang dimiliki Chenle saat ini.

Ugh.

Padahal Jeno hanya ingin melalui round kali ini dengan damai tanpa harus bersusah payah berduel. Dengan alasan itulah, Jeno sengaja terus-terusan melakukan silent hit dengan sniper yang kini masih senantiasa menghiasi punggungnya.

Ugh.

Mana Jeno tahu kalau dirinya akan dikonfrontasi oleh Chenle yang terkenal sangat piawai sebagai penyerang garis depan?

"ARGGHH!!!"

"..."

"..."

Tak hanya Jeno yang secara refleks menghentikan langkahnya, bahkan amarah Chenle yang sempat meledak-ledak di belakang sana turut lenyap seketika, usai mendengar suara teriakan keras yang tidak begitu asing di telinga mereka. Bahkan dari ekspresi tegang yang mendadak terlukis di wajah Chenle pun, Jeno cukup yakin jika mereka berdua memiliki praduga yang sama.

"Arghhh!"

Bertepatan dengan manik Jeno yang melebar usai mendengar kembali sebuah teriakan dengan pola yang sama tersebut, Ia bahkan tidak menyangka raut wajahnya akan berubah menjadi sangat panik, saat mendapati Chenle langsung berlari meninggalkannya menuju ke asal suara teriakan yang sepertinya bersumber tidak terlalu jauh dari mereka berada.

"Ya! Tunggu!"

Kini giliran Jeno yang mengejar sosok Chenle yang nyaris saja menghilang dari pandangannya.

Selama berlari, jujur Jeno berusaha menenangkan dirinya kala kepalanya memikirkan sebuah skenario buruk yang sama sekali tidak ingin Ia akui.

"Arrrghhh!"

Sial!

Kenapa suara teriakan Haechan terdengar begitu menyakitkan?!

Tanpa sadar Jeno semakin mempercepat larinya hingga nyaris berhasil menyamai langkah Chenle yang terlihat sangat kalut.

"Arrrghhhhh!!!"

Sial!

Sial!

Sial!

***

Belum habis keterkejutan Haechan akan kondisi tubuhnya yang masih tertahan di atas tanah, Ia bahkan tidak begitu memahami bagaimana refleks tubuhnya mampu memberikan sebuah tendangan telak di bagian perut laki-laki tersebut, bertepatan dengan senyum lebar sang "musuh" yang berubah seketika menjadi sebuah seringai meremehkan.

Entahlah.

Haechan hanya sedang berusaha menolak, jika Ia sama sekali tidak merasa asing dengan seringai itu.

Beruntung, serangan dari Haechan berhasil membuat sosok tersebut terpelanting jatuh ke belakang hingga menimbulkan suara debaman yang lumayan keras. Hal itu tentu saja Haechan manfaatkan dengan segera bangkit dari posisinya sebelum melompat mundur demi memberi jarak pada keduanya. Dengan sikap waspada, manik Haechan sengaja menelusuri segala detail pada sosok di hadapannya yang telah mengubah seringaiannya menjadi sebuah kekehan kecil.

ReverseWhere stories live. Discover now