Chapter XIII (Bitter VS Sweet)

2.4K 248 3
                                    

Renjun merenggangkan tubuhnya usai terbangun dari tidurnya yang lumayan nyenyak. Setelah mengusak sebelah matanya, Ia pun segera mengedarkan pandang ke segala penjuru untuk mengumpulkan sisa-sisa nyawanya yang masih bertebaran. Namun perilaku Renjun itu tidak berlangsung lama ketika maniknya menangkap sosok Jaemin dan Chenle tampak berbincang serius di sebuah sofa panjang yang ada di kamarnya.

"Oh, kau sudah bangun?" tanya Jaemin yang menyadari keterbangunan Renjun.

Renjun hanya menganggukan kepala sebelum ekspresi wajahnya berubah menjadi panik.

"Tunggu! Bagaimana kondisi Haechan?! Aku perlu mengeceknya!" seru Renjun sambil beranjak turun dari ranjangnya.

"Tidak perlu khawatir, Hyung," ucap Chenle cepat, bahkan sampai berdiri dari duduknya demi menghentikan keterburuan Renjun, "Haechan hyung baik-baik saja, dia sedang memasak sekarang. Kau tidak perlu khawatir lagi."

"Chenle benar," timpal Jaemin, "Lagipula ada informasi yang lebih baik kau tahu sebelum kita membantu Haechan di bawah," lanjutnya, "Kebetulan Chenle baru saja datang ke kamar kita jadi dia tidak perlu menceritakannya dua kali."

Renjun hanya bisa menganggukan kepala pelan sebagai tanda persetujuan sebelum mendudukan diri di salah satu sofa kosong yang tersedia. Bersamaan dengan itu, Renjun secara seksama mendengarkan segala kisah yang Chenle alami beberapa jam yang lalu. Entah itu dimulai dari Jisung yang sudah menceritakan sebagian dari memori mereka lima tahun yang lalu, tentang Haechan yang ternyata sudah siuman di pagi buta, tentang sandiwara yang terpaksa Chenle perankan dengan harapan agar mereka semua juga sekubu dalam memerankan sandiwara karangannya itu, sampai pada informasi tentang Jeno dan Jisung yang kini tengah sibuk mengorganisir para bodyguard yang sempat menjaga ketat Kediaman Seo pasca kejadian pingsannya Haechan pada spot masing-masing agar tidak menimbulkan kecurigaan dan ketahuan oleh Haechan.

"Chenle ya, kami sungguh berterima kasih kepadamu karena melakukan semuanya sampai sejauh ini," ucap Jaemin sembari menggenggam tangan Chenle erat, "Saat ini aku ingin sekali menceritakan secara detail peristiwa lima tahun yang menimpa kami semua. Tapi karena menceritakan semua itu akan memakan waktu banyak, kurasa akan sangat mencurigakan kalau kita tidak segera membantu Haechan di bawah."

"Tunggu Nana," sela Renjun cepat, "Aku rasa akan sangat tidak adil sekali jika sampai nanti Chenle tidak tahu tentang semua itu," lanjutnya sambil menatap ke arah Chenle, "Bagaimana pun Chenle lebih baik mengetahuinya. Kau bisa menceritakannya pada Chenle sekarang, biar aku yang membantu Haechan memasak di dapur."

Jaemin terlihat menimbang-nimbang perkataan Renjun sembari menatap ke wajah Chenle yang tampak memelas itu. Benar juga, sepertinya akan sangat jahat sekali bila mereka terus-terusan tidak memberitahu kepada Chenle setelah apa yang telah dilakukan Chenle untuk membantu mereka sampai saat ini. Akhirnya Jaemin pun tersenyum.

"Baiklah kalau begitu, kita bagi tugas seperti apa yang dikatakan Renjun," putus Jaemin yang langsung disambut senyum sumringah dari Chenle, "Renjun ah, setelah mendengar perkataan Chenle tadi, kau tahu kan harus bersikap bagaimana? Jangan sampai mencurigakan."

"Roger."

***

Mark terkesiap dengan mata terbelalak ketika tersentak dalam tidurnya. Ia refleks memegangi kepalanya yang sedikit pusing sebelum menggelengkan kepala cepat. Segera, Mark mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan demi menelaah kondisi dirinya saat ini.

Apa ini?

Ada dimana Mark sekarang?

Apa yang terjadi?

Mark memejamkan matanya kembali demi memanggil ingatan-ingatan yang sekiranya tersisa di kepalanya. Seketika itu juga Mark langsung teringat adegan pingsannya Haechan, Jaemin yang menghajarnya, dan perasaan bersalah yang menuntunnya untuk menyelinap ke kamar Haechan di pertengahan malam hingga... ketiduran.

ReverseWhere stories live. Discover now