Chapter CIV (When Mark Meets Haechan in Their Universe: Spirit)

1K 94 13
                                    

"Ngh..."

Secara perlahan Haechan terlihat membuka kelopak matanya, sebelum mengerjapkannya berulang kali di tengah rasa kantuk yang masih senantiasa membayanginya. Meski demikian, semua itu cukup mampu membuat pandangan mata Haechan menjadi lebih jelas di sela-sela keremangan suasana kamar yang masih membelenggunya. Segera, hal tersebut Haechan manfaatkan untuk menoleh ke samping kiri, dengan niat mencuri pandang pada Mark yang juga terlelap di sampingnya.

Iya.

Harusnya seperti itu.

Jika saja Haechan tidak sampai mengangkat kepalanya penuh kebingungan, saat manik hazelnya benar-benar tidak menemukan sosok Mark terbaring di sisinya.

"Mark...?"

Diiringi suara panggilan yang terdengar begitu lirih, Haechan akui dirinya yang merasa sedikit panik akan ketidakhadiran sosok Mark setelah malam panas mereka pun, langsung terbangun dari baringannya. Berharap dengan itu, Haechan lebih dapat leluasa melempar pandang ke seluruh ruangan dalam posisi terduduk.

"Ouch!!!"

Yang sayangnya tidak sesuai harapannya, karena Haechan justru malah mengaduh dengan hebohnya, begitu merasakan betapa menyakitkannya bagian bawah dirinya, yang telah secara brutal diterobos oleh kebanggaan Mark berkali-kali, di malam pertama mereka beberapa jam yang lalu.

Sebuah aduhan kesakitan, yang pada akhirnya berhasil membuat Mark yang sedang terduduk di kursi berhadapkan pada meja terhiasi laptop di sudut kamar tersebut pun, terlonjak penuh kejut sebelum menolehkan kepalanya cepat ke arah ranjang.

"Hyuckie? Hei?"

Tak hanya menoleh. Melihat betapa kesakitannya ekspresi Haechan saat ini yang sedang memegangi pinggangnya sendiri itu, secara refleks Mark langsung beranjak dari kursinya, dan sebisa mungkin melangkahkan kakinya cepat menghampiri Haechan yang kini sedang memandangnya dengan ringisan kecil.

"Sakiiiiit! Hiks!" keluh Haechan dengan nada mengadu.

"Shh... Baby Bear..."

Seraya memanggil Haechan dengan nada lembut, Mark yang telah naik ke atas ranjang mereka turut menangkup sisi wajah sang pudu dengan kedua tangannya.

"Kalau kau duduk seperti ini, sakitnya pasti akan lebih terasa."

Selain melanjutkan perkataannya, Mark juga memindahkan salah satu tangannya ke pinggang Haechan; ikut mengelusnya dengan harapan mampu meredakan rasa sakitnya.

"Ini masih subuh. Berbaringlah dan kembali tidur, oke?"

"Tidak mau!" ucap Haechan sambil memanyunkan bibirnya, "Sakitnya tidak akan hilang kalau tidur, uuuh!"

Benar juga.

Selama riset demi memberikan malam pertama yang memuaskan pada Haechan, Mark memang sempat membaca bila pihak penerima akan merasakan sakit yang luar biasa setelah senggama liar yang terjadi. Oleh sebab itulah, Mark juga telah mempersiapkan segala sesuatunya seperti obat-obatan untuk meredakan sakit yang dirasakan Haechan.

"Kalau begitu tunggu sebentar," balas Mark sambil mengusak surai bergelombang madu Haechan pelan, "Aku ambilkan obat du—"

"Tidak mauuu!" rengek Haechan kini dengan kedua pipi yang mengembung lucu, "Hyungie tahu kan Hyuckie tidak suka obat?"

A-Ah...

Selain teringat akan fakta yang baru saja diutarakan Haechan, Mark malah salah fokus terhadap tingkah sang pudu saat ini yang terkesan... manja?

Sebuah tingkah, yang entah mengapa membuat Mark secara mendadak mengulum senyum miringnya mati-matian, dalam tatapan khawatir yang terbias di manik obsidiannya.

ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang