Chapter XLV (Memory & Promise)

1.3K 136 13
                                    

"Mark...?"

Kelopak mata Haechan terbuka perlahan setelah rabaan tangannya hanya menemukan rasa dingin dari permukaan seprai yang tidak terisi apapun. Bersamaan dengan maniknya yang kini membias ke samping itulah, Haechan mengernyitkan keningnya saat menyadari jika kekasihnya itu tidak ada di sisinya. Berkat itu, Haechan sengaja mengucek sebelah matanya sembari terduduk dari baringannya dengan mulut yang sempat menguap lebar.

Uh...?

Apa ini...?

Apa Haechan sedang bermimpi?

Haechan lantas mengedarkan seluruh pandangannya ke segala penjuru kamar, hanya untuk merasa yakin jika dirinya sedang tidak bermimpi sama sekali. Sebab, di beberapa detik berikutnya, segala ingatannya bersama dengan Mark sampai saat ini tiba-tiba saja memenuhi otaknya. Bahkan beberapa detail dari ingatan itupun mampu membuat wajahnya merona seketika usai di kepalanya terbayang bagaimana memabukannya cara Mark menyentuh dirinya.

Tak hanya itu, Haechan bahkan masih ingat detail bagaimana setelah Mark sempat mengatakan hal cheesy di samping wastafel, mereka berdua sama-sama menggosok gigi masing-masing sebelum Mark kembali menggendongnya dan membaringkannya secara lembut di atas ranjang. Mark juga tidak lupa memberikan ciuman manis di bibir dan di keningnya sebelum mereka sama-sama terlelap dalam mimpi dengan keadaan saling berpelukan di bawah selimut yang hangat.

Oleh sebab itulah, bertepatan dengan jarum jam dinding yang yang terhenti pada angka empat di pagi dini hari itu, bukanlah hal yang aneh kan jika Haechan merasa bingung lantaran mendadak terbangun dari terlelapnya saat tidak menemukan sosok Mark di sisinya?

Kemana Mark pergi di pagi buta seperti ini?

Lantaran tidak bisa mengendalikan rasa penasarannya, Haechan memaksakan diri untuk membuka kelopak matanya selebar mungkin demi menghilangkan rasa kantuk yang masih membayanginya. Tidak berhenti sampai di situ, Haechan segera beranjak dari ranjang menuju ke kamar mandi untuk mengecek apakah mungkin Mark sedang berada di sana karena mendadak kebelet dan sedang menuntaskannya. Namun sayang, manik hazel Haechan yang telah menemukan jika kondisi di dalamnya kosong tak berpenghuni seakan mengindisikasikan jika perkiraannya merupakan sebuah kesalahan besar.

Oleh karena itu, Haechan yang pada akhirnya menyerah untuk mencari Mark yang entah sedang pergi kemana secara diam-diam itu pun akhirnya memutuskan untuk berniat melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda. Namun Ia segera mengurungkan perilakunya tersebut usai merasakan tenggorokannya sedikit kering akan rasa haus. Dengan alasan itulah, Haechan pada akhirnya malah menghampiri meja transparan di sudut jendela demi menuangkan secangkir teh chamomile yang mungkin saja masih tersisa sedikit untuk memuaskan rasa hausnya.

Akan tetapi sepertinya harapan Haechan hanyalah tinggal kenangan karena tidak ada setetes pun teh yang tersisa dari teko tersebut. Lantaran tidak bisa menahan rasa hausnya itulah, Haechan pada akhirnya nekat untuk keluar dari kamar demi menuju dapur yang berada di samping ruang makan yang sempat Ia gunakan untuk makan malam bersama keluarganya dan keluarga calon mertuanya setidaknya untuk mencari segelas air putih.

Bertepatan dengan pintu kamar yang tertutup dengan pelan itulah, Haechan lumayan terkejut saat menemukan jika kondisi di koridor saat itu sangatlah sepi; sungguh berbeda dengan kondisi saat Haechan pertama kali menginjakan kakinya di tempat ini malam tadi. Oleh karena tidak mau ambil pusing, Haechan pun hanya menggidikan bahu sebelum melangkahkan kaki menuju dapur yang berada di lantai satu.

Namun langkah Haechan terhenti seketika usai menemukan tulisan "Mark's Room" di sebuah pintu tertangkap retina matanya saat hendak menuruni tangga. Haechan sempat terdiam sejenak sebelum entah mengapa secara otomatis tangannya meraih knop pintu tersebut dan memutarnya dengan perlahan. Siapa tahu kan Mark yang mendadak hilang dari sisinya ternyata sedang berada di dalamnya?

ReverseNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ