Chapter V (Secret VS Control)

3.4K 340 31
                                    

"Maafkan kami karena terlalu gegabah membawa mereka ke apartemenmu."

Di suatu malam yang cerah, Mark masih mempertahankan posisinya yang bersandar pada dinding. Kedua maniknya menerawang jauh dari balik jendela kaca transparan di sampingnya. Sempat terdiam beberapa saat, Mark menghela napas seraya balik melirik ke arah Jeno dan Jisung yang terduduk di sofa dengan kepala tertunduk.

"Aku memahami kondisi kalian, jadi tidak perlu minta maaf," ucap Mark sambil berjalan menuju ke arah para sahabatnya, "Justru harusnya aku berterima kasih," lanjutnya, "Aku akan melakukan hal yang sama jika ada di posisi kalian."

Jeno dan Jisung langsung menghela napas lega usai mendengar perkataan sahabatnya. Mark sendiri yang kini sudah terduduk di sofa kosong yang berhadapan dengan kedua sahabatnya, lantas memangku dagunya dengan kedua tangan. Kali ini manik obsidian Mark dengan berani langsung bertatapan dengan manik Jeno dan Jisung.

"Ada berapa orang?" tanya Mark.

Melihat gurat serius terukir di wajah Mark, Jeno memutuskan untuk menjabarkan semua informasi yang sempat Ia tahan.

"Tiga mobil, masing-masing berisi sekitar tiga sampai empat orang," balas Jeno, "Aku pikir mereka mengejar kami karena mengira 'Dia' sedang bersama kami," lanjutnya, "Maka dari itu, kami tidak punya pilihan lain selain membawa para Eclipse ke sini."

"Mereka sepertinya tahu, akan terlalu berisiko jika mereka mengikuti kami sampai ke sini," sambung Jisung, "Oleh karena itu, bahkan saat kami mengantar Eclipse pulang ke rumah masing-masing, tidak ada tanda-tanda pergerakan dari mereka."

Mark menangkupkan kedua telapak tangan di wajahnya; terlihat frustasi. Ia sempat bertahan dalam posisinya itu selama beberapa menit, sebelum menggunakan jemarinya untuk menyisir surainya ke belakang.

"Aku tidak menyangka mereka akan bergerak secepat ini setelah bertahun-tahun," ucap Mark sambil menatap langit-langit ruang tengah apartemennya, "Sepertinya aku perlu memperketat penjagaanku padanya," putus Mark lalu berdiri dari duduknya, "Aku serahkan sisanya pada kalian."

***

Haechan hanya bisa terduduk pasrah di sebuah sofa, yang berada di sebuah kamar dari resort yang Ia sewa, berhadapkan para sahabatnya, yang kini tampak bersedekap dada menatap penuh intimidasi ke arahnya. Hal tersebut membuat Haechan merasa gelisah dengan kepala yang tertunduk dalam. Ia tidak menyangka, jika para sahabatnya itu bisa memiliki aura semengerikan ini, di balik tampang manis dan menawan yang mereka miliki.

Padahal orang tuanya saja tidak semenyeramkan ini.

"Kapan Godlike sialan itu berlaku lancang padamu?" tanya Renjun.

Haechan hanya terdiam saking takutnya dengan reaksi Renjun saat ini, berhasil membuat Jaemin mengusak wajahnya gusar.

"Si Ketua Godlike sialan itu pasti memanfaatkan situasi di saat kita lengah!" seru Jaemin dengan nada kesal yang kentara, "Sudah pasti Si Brengsek itu melakukannya saat kita 'diculik' oleh mereka minggu lalu!" lanjutnya emosi.

Haechan yang sebenarnya merasa jika sahabatnya benar-benar salah paham pun, pada akhirnya memberanikan diri untuk mengangkat kepala, demi menatap ke arah teman-temanya yang terlihat sangat frustasi. Sungguh, Haechan merasa harus bertanggung jawab untuk meluruskan kesalahpahaman yang ada. Sebab, gara-gara masalah ini, liburan mereka menjadi sedikit kacau.

"Renjunie, Jaeminie, aku pikir semua ini benar-benar hanya salah paham," ucap Haechan dengan nada pelan, "Waktu itu kami hanya berselisih paham. Si Camar Sialan itu pasti kehilangan akal sampai menggigitku gara-gara kelaparan," lanjutnya, "Yang penting kan sekarang aku baik-baik saja."

ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang