Chapter LXXVIII (Iffy)

1K 112 5
                                    

Sial.

Padahal sedikit lagi.

Sedikit lagi Haechan mampu meruntuhkan seluruh pengendalian diri Mark, dibuktikan dengan pergerakan dari tunangannya itu yang kembali merapatkan tubuh mereka, diiringi manik obsidiannya yang perlahan meredup akan gairah terpendamnya untuk memagut bibir sang matahari tak kalah dalam dari sebelumnya.

Sungguh.

Sedalam keinginan Haechan, yang turut meremat-remat bahu lebar milik Mark dengan gerakan lumayan sensual; tanda bila Haechan begitu menikmati bagaimana cara Mark yang tidak terkesan ragu sama sekali, saat mengulum belahan bibirnya dengan lembut secara bergantian.

Sial.

Bahkan gara-gara itu, Haechan yakin sekali percumbuan mereka tidaklah hanya sebatas memagut bibir. Sebab setelah beberapa erangan kecil yang tak sengaja lolos dari bibirnya, Haechan bisa merasakan hangat napas Mark di permukaan kulitnya yang mendadak sangat sensitif, saat belahan jiwanya itu mengganti obyek cumbuannya menuju area tengkuknya. Mulai dari mengecupi bagian belakang telinga Haechan sangat mesra, hingga perlahan turun ke bawah, dan berhenti seketika tepat di perpotongan antara leher dan bahunya.

"Unghh..."

Haechan bahkan tidak mampu mengendalikan reaksi tubuhnya yang bergetar halus, ketika merasakan bagaimana belahan bibir Mark itu mampu merangsang gairahnya, oleh karena kecupan ringan yang sempat melayang titik tersensitifnnya itu, perlahan berganti menjadi sebuah hisapan lembut yang turut melibatkan lidah hangat Mark.

"Hyu... nghh..."

Jemari Haechan tak kuasa untuk menahan jelajahannya dengan kembali menyembunyikan diri helaian hitam milik Mark, di saat sisi liar dalam diri singa kesayangannya itu benar-benar memperdalam hisapannya, disertai gigitan halus yang semakin membuat Haechan merasa begitu mabuk kepayang.

Semabuk kegilaan Haechan setelahnya akan emosi yang mati-matian Ia pendam, ketika percumbuan panas tersebut tiba-tiba harus dihentikan oleh sebuah suara.

TOK! TOK! TOK!

"Adik ipar! Jemputanmu sudah datang!"

Sial.

Sial.

Sial.

Jika mengingat adegan membagongkan waktu lalu, Haechan sungguh ingin sekali mencincang kakak biadabnya satu itu hingga menyatu dengan butiran tanah. Terlebih saat otaknya memutar kembali bagaimana detail dari segala pergerakan Mark yang terhenti, diiringi ekspresi terkejut bercampur panik oleh karena jerat gairahnya yang terlepas seketika.

Sial.

Sial.

Sial.

Bahkan sampai sekarang pun, tepatnya di sela-sela manik hazelnya yang sedang mengawasi duel Chenle di Ring demi naik tingkat menjadi kasta Bronze, Haechan sumpah masih merasa tidak puas lantaran hanya sempat menginjak kaki Hendery dengan kekuatan penuh setelah kepergian Mark dari Kediaman Seo.

Ugh.

Sial.

Coba saja kalau mereka sedang ada di Ring saat itu. Sudah pasti riwayat Hendery akan tamat di tangan Haechan.

"Kau—"

"Berisik! Jangan bicara padaku!"

Meski telah memberi peringatan agar sosok yang sedang terduduk di sampingnya ini untuk tidak mengatakan apapun, Haechan sama sekali tidak memungkiri bila Ia lumayan iritasi usai mendengar kekehan geli begitu terdengar meracuni telinganya. Tentu saja suasana hati Haechan yang semakin hancur berkat semua itu, tak ayal membuat tangannya langsung bergerak menuju kepala sosok tersebut, dengan niat melayangkan sebuah jitakan penuh emosi di sana.

ReverseWhere stories live. Discover now