Chapter II (Truth VS Fake)

4.5K 384 14
                                    

Haechan tampak mengerjapkan kelopak matanya saat merasa indera pengeliatannya terlalu banyak menerima cahaya menyilaukan. Hingga pada akhirnya maniknya dapat menyesuaikan dengan situasi pemandangan yang ada, lagi-lagi Haechan malah mengerjapkan matanya berulang kali, bahkan sampai mengucek-ngucek matanya karena kesadarannya seperti menolak apa yang Ia lihat saat ini.

Bagaimana tidak?

Apa Haechan masih berada di dunia mimpi?

Bagaimana mungkin Haechan bisa melihat sosok Mark yang merupakan musuh bebuyutannya itu, sedang duduk di kursi samping ranjangnya sembari menatap lekat ke arahnya?

PLAK!

"Argh!"

Bahkan ketika tanpa rasa bersalah sedikit pun Haechan memutuskan untuk memukul kepala Mark dengan keras, Ia bisa merasakan suara kesakitan Mark benar-benar terdengar nyata di telinganya.

"Kenapa kau memukulku, Sialan?!"

Bahkan suara protes dari Mark yang dibarengi dengan umpatan itu pun benar-benar terasa sangat nyata sekali!

Mimpi macam apa ini?!

PLAK!

"Ya! Kenapa kau malah memukulku lagi?!"

Haechan mengerjapkan matanya berulang kali, saat layangan tangannya yang berniat untuk memukul sosok Mark di hadapannya itu, untuk ketiga kalinya tidak terlaksana karena pergelangan tangannya dicengkram kuat oleh Mark.

"Argh!"

Kini giliran Haechan yang mengerang kesakitan, karena merasakan cengkraman Mark semakin mengencang, hingga membuat pergelangan tangannya terasa remuk.

"Sakit! Lepaskan tanganku, Sialan!" seru Haechan sambil menarik tangannya kuat dari cengkraman Mark.

"Kau yang memukulku duluan, Sialan!" seru Mark balik tidak terima, "Bahkan kau hampir memukulku tiga kali!"

Haechan terkesiap sebelum pada akhirnya memutuskan untuk berseru.

"Sial! Jadi ini bukan mimpi?!"

Mark bungkam, terlampau tidak habis pikir.

Bagaimana tidak?

Jadi pemimpin Eclipse yang sempat pingsan gara-gara Mark pukul tengkuknya ini berpikir jika Ia masih berada di alam mimpi, sehingga bisa seenak jidat memukulinya, begitu?

Dasar sialan!

Padahal Mark sengaja menyerang Haechan sampai pingsan, agar saat di bawa ke ruang kesehatan sekolah tidak menimbulkan kegaduhan. Tapi sepertinya usahanya tetap sia-sia karena ketika Haechan terbangun dari pingsannya, Pudu menyebalkan satu ini tetap saja berisik. Percuma saja tadi Mark sempat khawatir, jika Ia telah bersikap berlebihan hingga menunggui Haechan sampai siuman, kalau pada akhirnya yang Ia terima adalah pukulan.

Sungguh Mark yang tidak bisa membendung rasa kesalnya lagi, akhirnya memutuskan untuk membalas.

"Argh!"

Haechan berteriak, saat tanpa aba-aba Mark menyentil keningnya dengan keras, hingga erangan kesakitan lolos dari bibirnya.

"Apa-apaan sih?! Sakit tahu!" protes Haechan sambil memegangi keningnya.

"Aku hanya sedang membangunkan seekor Pudu dari mimpi indahnya," balas Mark kalem dengan wajah tanpa dosa miliknya.

"Mimpi indah apanya?!" seru Haechan tidak terima.

Melihat Mark yang malah bersikap santai dengan kedua tangannya yang menggantung di saku celananya itu, sukses membuat Haechan geram hingga secara refleks meraih kerah seragam Mark, dengan niat untuk menariknya mendekat. Namun niat tersebut terhenti, saat Haechan menyadari sebuah perban tampak menghiasi lengannya, yang seingatnya sempat terluka gara-gara pukulan Minjeong. Hal tersebut lantas membuat Haechan terpaku di sela-sela cengkraman tangannya di kerah Mark.

ReverseWhere stories live. Discover now