Chapter XXI (Misery VS Heartfelt)

1.8K 183 0
                                    

Johnny tidak menyangka keabsenan dirinya dari sisi sang putra dapat berkibat fatal hingga menyebabkan sebuah teriakan nyaring terdengar di suatu pagi menjelang siang. Tidak banyak hal yang Ia lakukan selain langsung berlari secepat mungkin menuju ke kamar Haechan. Sesampainya di tempat tujuan, Johnny segera memeluk Haechan yang kini tampak kesakitan seraya memegangi kepalanya.

"Cupcake," panggil Johnny sembari mengelus surai Haechan pelan, "It's okay. I'm here."

"Uh..."

Haechan hanya bisa menjawab dengan lirih sambil terus mencengkram kepalanya demi menahan rasa sakit yang ada.

"Cupcake, you are safe."

Johnny mengeratkan pelukannya pada Haechan ketika merasakan napas sang putra yang sempat tersenggal mulai mereda, bahkan getaran yang melanda tubuh sang matahari juga telah berhenti.

"Uh... Da-Daddy...?"

"Yes, Cupcake. I'm here. It's okay."

"Daddy... Uh... Nana... Darah..."

Johnny membelalakan kedua matanya usai mendengar lirihan Haechan. Ia tidak menyangka perkataan seperti itu yang akan keluar dari mulut sang putra. Meski demikian, Ia tidak membalas apapun karena masih sangsi apakah Haechan benar-benar mengingat kejadian tadi malam atau hal ini hanyalah bagian lain dari reaksi trauma Haechan.

"Hyungie... Hyungie... Ugh!"

Bersamaan dengan reaksi kesakitan yang kembali menyerang kepala Haechan, Johnny tidak mengelak lagi akan keraguannya. Hanya dengan mendengar suara Haechan memanggil nama kesayangan dari Mark saja sudah cukup membuatnya yakin bila sang putra tampaknya mengingat peristiwa tadi malam. Namun reaksi trauma yang menyertainya sungguh bukanlah berita bagus lantaran bisa membahayakan nyawa Haechan. Oleh sebab itu, Johnny hanya bisa mengecup lama pucuk kepala Haechan sebelum mengucapkan kalimat putih yang terpaksa Ia gunakan di saat-saat seperti ini.

"Cupcake," bisik Johnny, "It was just a dream," lanjutnya pelan, "You are safe."

"Uh...?"

Haechan terlihat berhenti mencengkram kepalanya sendiri sebelum menatap ke arah Johnny dengan tatapan kosong.

"Mimpi...?"

Johnny menganggukan kepala sembari melonggarkan pelukannya.

"Yeah," balas Johnny sambil mengelus surai Haechan untuk kesekian kalinya, "A bad dream. A nightmare."

Haechan lantas memejamkan matanya.

"Mimpi..."

Johnny lantas membaringkan Haechan kembali ke atas ranjang usai memastikan jika sang putra telah berhasil melalui fase reaksi traumatiknya.

"Mimpi..."

Hembusan napas Haechan yang terdengar teratur kembali membuat Johnny sedikit-banyak merasa lega. Ia lantas menarik sebuah selimut untuk melapisi tubuh sang putra yang mulai terlelap. Setelah memastikan jika kesadaran Haechan telah terperangkap sepenuhnya pada tidur tenangnya, Johnny menyempatkan diri untuk melayangkan sebuah kecupan singkat di kepala sang putra sebelum terjebak kembali dalam kilas-balik yang menghantui pikirannya.

Sungguh Johnny merasa bersyukur lantaran sempat mengonfirmasi kepada Dokter Kim mengenai apa yang harus pihaknya lakukan seandainya Haechan mengingat peristiwa tadi malam. Johnny masih ingat betul bagaimana  Dokter Kim menjelaskan tentang dua kemungkinan yang akan terjadi, yaitu kemungkinan baik dimana Haechan akan memperoleh seluruh ingatannya kembali terutama tentang Mark, atau kemungkinan buruk saat reaksi traumanya lagi-lagi muncul demi menghalangi ingatan tersebut. Sayang sekali kemungkinan buruklah yang ternyata mendera kesadaran sang putra, sehingga membuat Johnny terpaksa menggunakan hipnosis* untuk meringankan reaksi traumatik yang ada sesuai dengan usul Dokter Kim.

ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang