Chapter LIV (Conversation & Idea)

1.2K 126 14
                                    

"Jadi kau tidak percaya dengan gosip-gosip itu?"

Dalam keadaan berbaring menyamping di ranjang berbekal kepala Haechan yang berada di atas lengannya, jemari Mark yang sempat menyisir surai madu milik kekasihnya pun terhenti seketika saat Ia menganggukan kepalanya mantab.

"Tentu saja," jawab Mark seraya kembali menyisir surai Haechan yang masih sedikit basah, "Apalagi tentang skandal percintaanmu dengan Jaemin," lanjutnya sambil menatap manik sang pudu, "Apa mereka sudah tidak waras?"

Haechan lantas mengernyitkan keningnya lantaran tidak begitu memahami perkataan Mark.

"Maksudmu?"

Mendapati ekspresi Haechan yang terlihat kebingungan, Mark sempat menghela napas kecil sebelum jemarinya berpindah ke sisi wajah Haechan hanya untuk membelainya lembut.

"Serius, Pudu," ucap Mark dengan ibu jarinya yang mengelus pipi Haechan dengan gerakan pelan, "Aku bahkan tidak habis pikir bagaimana bisa kau terjebak skandal dengan kelinci liar satu itu," lanjutnya lagi sembari menaikan sebelah alisnya, "Maksudku, bukan kah ini sangat mustahil?"

Haechan tidak lantas membalas karena lumayan terkejut dengan pemikiran Mark. Bagaimana pun, perkataan Mark tersebut tak ubahnya dengan pemikiran Haechan sendiri yang juga mengemukakan kalau kedekatan dirinya dengan Jaemin tidak akan sampai dalam tahap memadu kasih. Haechan hanya tidak menyangka mantan musuh bebuyutan ini pun dapat mengetahui sudut pandangnya sampai sedalam ini.

Meski demikian, kenapa Haechan merasa agak iritasi akan reaksi Mark yang terkesan terlalu santai menghadapi skandalnya itu ya?

Ugh.

Maksud Haechan, seharusnya wajar-wajar saja kan kalau Mark merasa kesal atau marah sedikit apapun itu saat kekasihnya digosipkan menjalin hubungan dengan orang lain?

Kenapa malah jadi Haechan yang kesal ya?

"Kenapa mustahil?" ucap Haechan dengan alis yang tertaut, "Jaeminie baik sekali padaku selama ini," lanjutnya sambil menusuk-nusuk ringan dada Mark dengan ujung jari telunjuknya, "Bisa saja aku jatuh cinta padanya gara-gara semua itu kan?"

"Lalu?" balas Mark sebelum mengalihkan tangannya agar melingkar di pinggang Haechan, "Aku lebih kaya dan berkuasa darinya," lanjutnya diiringi sebuah seringai kecil, "Kau juga bisa jatuh cinta padaku gara-gara semua itu, kan?"

Ugh!

Camar sialan satu ini!

"Jaeminie juga lembut dan penyayang," ucap Haechan lagi dengan kening yang mulai berkedut.

"Aku lebih tampan dan seksi darinya," balas Mark lagi seraya memperlebar seringainya.

"Tapi Jaeminie bisa memasak dan merawatku dengan baik," kata Haechan lagi tidak mau kalah.

"Lalu?" balas Mark untuk kesekian kalinya dengan nada menantang, "Aku bisa memuaskanmu di atas ranjang setiap hari."

Haechan ternganga lebar penuh akan rasa syok seketika. Meski demikian, ekspresi tersebut tidak bertahan lama lantaran segera berubah menjadi raut emosi tiada tara. Oleh karena itu, Haechan sama sekali tidak menyesal saat telapak tangannya langsung membekap bibir Mark yang masih saja mempertahankan seringai menyebalkan.

"Brengsek!" keluh Haechan tanpa mampu menyembunyikan kekesalannya lagi, "Mulutmu benar-benar!"

Mark lantas terkekeh puas sebelum menarik pelan pergelangan tangan Haechan agar berhenti membekap mulutnya.

"Kenapa dengan mulutku?" tanya Mark sambil mendekatkan wajahnya pada wajah Haechan, "Kau ingin mulutku mengulum milikmu sampai klimaks berkali-kali?"

"Brengseeeek!"

ReverseWhere stories live. Discover now