Chapter CXIX (Mark and Haechan's Universe: Jeno and Jaemin's Chain Vol. 4)

551 53 11
                                    

Pada akhirnya, ketakutan terbesar Jeno untuk kehilangan Jaemin benar-benar ada di depan mata.

Itu merupakan hari yang seharusnya menjadi momen bersejarah di kehidupan Jeno dan para sahabatnya yang lain; Haechan, Renjun, dan Jaemin sendiri, oleh karena status mereka yang telah resmi menjadi siswa di Star Music High School, sekaligus menjadi adik kelas dari Mark untuk kesekian kalinya.

Harusnya.

Harusnya momen bersejarah tersebut, sudah sepatutnya Jeno habiskan dengan berbagai perayaan menyenangkan. Misalkan saja makan di restoran bersama yang lainnya, sekaligus menggodai Jisung yang masih tertinggal di Star Music Kindergarten School, agar semakin giat belajar demi bisa menyusul mereka untuk menjadi siswa pada tahun yang sama, melalui jalur akselerasi yang memang terus diperjuangkan selama bertahun-tahun oleh sang maknae.

Harusnya.

Tapi tidak dengan realita yang ada.

Bersamaan dengan sosok Mark yang berlari menghampiri mereka dalam kondisi terengah, maupun sosok Jisung yang memang sudah sedari awal sengaja mendatangi mereka, yang kini tengah berdiri dalam apitan tubuh Renjun dan Haechan. Sungguh, semua itu seakan tidak juga berhasil mengusik fokus Jeno untuk tertuju pada sebuah sudut di gerbang belakang sekolah yang lumayan sepi, tepat dimana Jaemin kini sedang berdiri berhadapkan dengan sesosok siswa asing.

Atau sebenarnya tidak.

Karena Jeno cukup awas, bila sosok siswa laki-laki tersebut memang sering berkeliaran di sekitar mereka, bahkan sejak mereka sama-sama masih sekolah dasar hingga kembali menjadi teman seangkatan di sekolah menengah ini.

Maka dari itu, bukan hal yang aneh bila Jaemin sama sekali terlihat tidak keberatan, ketika siswa laki-laki itu meminta waktunya secara privat, oleh karena merasa familiar dengan sosoknya yang merupakan teman mereka dari pelosok kelas paling ujung.

Tapi tetap saja.

Bagi Jeno, siapapun itu selain circle-nya saat ini adalah orang asing.

Seasing sikap Jeno saat ini yang sungguh berbeda dari kesehariannya, lantaran tak mampu menahan luapan emosi yang menghujam jantungnya bertubi-tubi, ketika siswa laki-laki tersebut menyerahkan setangkai bunga dan sekotak hadiah berpita manis pada Jaemin.

"Jaeminie, a-aku—"

SRAAAK!

Seasing tindakan Jeno saat ini, yang entah bagaimana prosesnya sudah berada di samping Jaemin yang terbelalak penuh kejut, berkat perilaku kasar Jeno yang langsung merebut bunga dan hadiah tersebut dari tangan Jaemin, lalu membuangnya ke tanah secara terang-terangan.

"No—"

"ENYAH DARI HADAPAN KAMI ATAU AKU AKAN MENGHAJARMU!"

"No-Nono! Tu-Tunggu—"

BRUUK!!!

"..."

"..."

"..."

"..."

"..."

"..."

"..."

Kejadian... itu begitu cepat.

Walau sayang tak secepat kewarasan Jeno, yang baru saja menyadari bila dirinya tidak sengaja mendorong tubuh Jaemin hingga jatuh ke tanah dengan keras, saking emosinya ingin menghajar siswa laki-laki yang kini tampak meringkuk ketakutan di hadapannya.

Iya.

Dalam kekaosan yang ada, Jaemin yang berniat menenangkan Jeno dengan memeluk lengannya pun, justru harus menerima sentakan kuat dari Jeno yang telah tenggelam dalam jurang kekalapannya, hingga membuat tubuhnya jatuh menghantam tanah dengan kuat.

ReverseWhere stories live. Discover now