04. Arti Sebuah Nama

43.9K 5.8K 134
                                    

Sesaat perasaan senang akan masa depan yang kini terancang dibenak kepalaku, seketika hancur saat Nana yang aku tinggalkan tanpa pikir panjang di bread bakery tadi memarahiku habis-habisan. Aku akui perbuatan ku tadi patut mendapatkan hukuman marah-marah karena aku yang hilang tiba-tiba, dan Nana pasti ketakutan jika ia dimarahi karena lalai dalam menjagaku...

"Nona, jangan berbuat yang tidak-tidak lagi, oke?!"

"Maafkan aku..."

"Sudahlah yang penting nona sudah kembali, jadi siapa yang saat ini sedang nona pegang tangannya?"

Tanpa sadar, aku memegang tangan Carlos dari awal sampai akhir. Carlos sendiri juga hanya diam seakan tak peduli. Ditambah, tatapan penasaran dari Nana membuatku terganggu.

"Aku ingin membawanya!"

"Ya? Anda bercanda?"

"Tidak, aku ingin membawanya, dan aku akan mensponsori nya dengan nama Raihanna!" Ucapku antusias. Karena dengan ini, aku bisa membuat Carlos berada dipihakku, dan kemungkinan untuk ku mati seperti diakhir novel [The Vermilion Primrose] tidak akan terjadi, hanya kemungkinan yang semoga saja tidak akan terjadi.

"Aku hanya ingin kau ingat dengan apa yang terjadi hari ini, dan aku ingin kau dapat melindungiku dimasa depan nanti..." Yah, semoga saja perkataan ku saat dijalan tadi dapat ia mengerti.

"Nona anda bercanda?" Nana menoleh kan pandangannya kearah Carlos. Menatapnya lalu menoleh lagi padaku. "Nona, anda tidak bisa--"

"Aku bisa, dan aku punya hak untuk membawanya ke mansion."

Sebagai satu-satunya Putri bungsu keluarga Marquis Raihanna, Annika yang mempunyai dua saudara laki-laki memiliki sedikit hak lebih istimewa kedua kakaknya, apa yang ia inginkan akan dikabulkan segera oleh kedua orangtuanya. Dan aku akan memanfaatkan nya sebaik mungkin.

Nana nampak bungkam mulut, dan menuruti keinginan ku.

"Oh, ini, tolong kembalikan ini ke toko roti tadi, bayar, dan minta pengurus nya untuk memberikan nya ke mereka yang membutuhkan." Kuserahkan kantongan berisi roti yang Carlos curi pada Nana. dengan begini, setidaknya toko roti bread bakery tidak akan mengalami kerugian karena roti yang dicuri. (Meski kerugiannya tergolong kerugian kecil...) Nana melakukan apa yang kuinginkan, lalu bergegas kembali ke toko.

Kutolehkan pandangan ku kearah Carlos yang nampak tak nyaman dengan tatapan Nana tadi, jujur saja, diskriminasi itu pasti tidak nyaman untukmu. Aku mengerti karena dulu aku juga merasakan nya.

"Naiklah kekereta itu."

"..ya? Kau menyuruhku naik?"

Aku mengangguk. "Tentu saja, aku tidak berniat memintamu untuk menyusul ku dengan berjalan kaki kemansion kami." Ia terlihat kaku terhadap tata Krama, tapi jujur saja, ia memiliki paras yang lebih menawan dari bangsawan tertinggi sekalipun.

Aku naik, dibantu pengawal, lalu setelahnya, mereka membantu Carlos untuk naik kekereta. Setelahnya, kubiarkan Carlos duduk dikursi didepanku. Lihat ekspresinya terhadap kursi empuk ini, sama seperti saat aku datang kesini.

"Siapa namamu?" Tanyaku setelahnya.

"Kau bertanya nama?"

"Tentu, kau pasti punya nama bukan?"

Carlos, bukan nama sebenar nya, nama Carlos diberikan oleh tuan Duke, ayahnya Helena. Carlos berarti 'kekuatan' tujuannya agar ia bisa menjadi kekuatan bagi diri Helena nanti. (Dan benar saja, dia menjadi kekuatan bagi Helena, dan menjadi malaikat maut bagi Annika, astaga..itu membuatku merinding sesaat.)

"Apa aku benar-benar bisa mempercayai ucapanmu tadi?" Ucapan polos Carlos membuat mental usia 18 tahun ku kembali berseteru dengan akal, jujur aku sudah kehabisan ide untuk membujuknya tadi, dan sekarang dia mau memancing emosi ku lagi?! Ngajak gelud hah! (Oke, Annika, tarik nafas dalam-dalam, hembuskan, dan mari kita bersikap baik pada malaikat maut didepan ini.)

The Vermilion Primrose [END]Where stories live. Discover now