[2nd] 34. The Battle (II)

8.8K 1.6K 38
                                    

Seseorang, tolong katakan padaku, bahwa apa yang ada didepan mataku ini hanyalah mimpi.

Mimpi yang ketika aku bangun akan hilang dan dalam sekejap mata dapat aku lupakan.

"Ian?"

Dua tusukan di punggung lalu luka sayat yang cukup besar terpampang jelas ditubuhnya tepat didepan kedua mataku, aku menggeleng pelan dan meraih tangannya yang dingin, ia masih bernafas, tapi kedua matanya terpejam menahan sakit.

"Lucian?"

Aku memanggil namanya pelan.

Suara ku lebih terdengar seperti seseorang yang tengah menahan tangisannya daripada memanggil namanya. Bagaimana aku bisa tersenyum lega ketika melihat Lucian dalam keadaan seperti ini?

"Lucian buka matamu!"

Tolong katakan pada ku jika ini hanya mimpi semata! "Lucian!" Entah sejak kapan kedua mata ku sudah basah dan menciptakan jejak basah disepanjang pipiku. "Lucian!" Tanganku mengguncang tubuhnya agar dia tetap sadar dan tidak menutup matanya selama-lamanya.

Dunia tanpa Lucian?

Aku tidak akan sanggup membayangkan nya.

"Lucian!"

Tidak ada yang bisa aku lakukan, aku tidak memiliki sihir, aku bahkan tidak tahu cara mengumpulkan mana dalam satu kepalan tangan. Apa yang harus aku lakukan agar aku dapat menyelamatkan Lucian? Apakah dia dapat bertahan dengan luka semengerikan itu?

"Dia tidak akan mati hanya karena aku memberikan luka sebesar itu ditubuhnya."

"DIAM!"

aku mendongak dengan tatapan tajam ku kearah pria yang tiada lain adalah Jeremy yang tengah menatap ku dengan dingin, melihatnya bisa berkata demikian sudah membuatku tahu akan satu hal.

Dia bukan manusia.

Dia iblis.

***

Jeremy menatap adegan dramatis didepannya dengan jenuh, merasa menjadi nyamuk. Ia menatap darah yang ia dapat dari luka yang cukup dalam dimata kirinya. Ia akui rasa sakit yang ia dapat membuat tubuhnya sedikit tersiksa dengan darah yang tidak henti-hentinya mengalir.

Annika menatapnya dengan tajam seolah tidak akan membiarkan nya mendekat barang satu langkah sekalipun.

"Mendekat sedikit, aku tidak akan membiarkan mu hidup!"

Ditangannya, ada belati yang digunakan Lucian untuk menikamnya tadi, Jeremy tersenyum miring dan tidak menghiraukan, toh, memang ini yang akan dia lakukan sebelumnya. Memberikan kejutan, lalu membuat Lucian terluka, setelahnya menghabisi nyawa Annika.

"Apa kau tidak penasaran dengan alasan Mengapa makhluk kegelapan diluar sana mulai mendekati keluar dari jurang?"

"...."

"Aku sudah mempersiapkan kejutan ini sebelumnya."

Ia tersenyum miring dan menatap Lucian yang masih menahan rasa sakit ditubuhnya dalam dekapan Annika. Sebaliknya, Annika menatapnya tajam dengan tangan gemetar saat mengangkat belati. Sudah dapat dipastikan, rasa takut jelas tergambar Dimata ungunya.

"Kabutnya mungkin menghilang."

"...."

"Tapi karena itulah, makhluk kegelapan mulai merangkak naik untuk menyerang kekaisaran ini."

Jeremy menyeringai lalu meraih dagunya dan menatap kedua mata Annika dalam.

"Setelah ini, aku harap kau bersedia menerima kematian mu sendiri, Annika."

The Vermilion Primrose [END]Where stories live. Discover now