# Extra [V]

12.8K 1.8K 155
                                    

Lucian melepaskan jasnya secara asal dan meletakkan kesembarang tempat tanpa memedulikan tatapan bingung para bawahannya saat ini. Ia menghela nafas kasar dan duduk diatas sofa ruangannya dan meraih secangkir teh yang sudah ia hangatkan dengan sihir tadi. Perasaan cemburu masih membelenggu dirinya, Lucian berdecak kesal dan meletakkan cangkir kembali ketempat asalnya dan mengacak-acak rambutnya.

Mari kita akui bahwa pria yang satu ini sedang cemburu buta.

"T-tuan?"

"Batalkan rencana ku malam ini, lalu kirimkan uang kompensasi sebagai ganti rugi mereka atas reservasi tempat di restoran tadi. Lalu...."

"...."

"Siapkan kamar tamu, kamar itu akan dipakai malam ini...."

Walter sang kepala pelayan membulatkan mata lebar-lebar atas perintah sang tuan yang kini bersandar dengan mata terpejam lelah. Sepertinya hal buruk tengah terjadi antara dua pasangan suami-istri ini, Walter menghela nafas berat. hal itu dapat terbaca diraut wajah Lucian kala meminta dirinya untuk menyiapkan kamar tamu tadi.

'sepertinya mereka tengah diterjang badai....'

Semoga setelah ini masalah mereka dapat terselesaikan dengan baik tanpa ada niat untuk melakukan perang dingin.

Meski setelahnya...

"AYAH-!"

Walter menundukkan kepalanya tanpa aba-aba seolah mengerti apa yang tengah terjadi saat ini, berniat menghindari dari pecahan-pecahan yang kini berterbangan diudara bebas ruang kerja milik tuannya. Lucian menghela nafas lalu memijit pelipisnya lalu menatap kejendela yang sudah hancur tak bersisa.

"Dasar bocah..."

***

Beberapa saat kemudian...

"Lys, ayah mending kita apakan?"

"Terserah kakak lah, lys kan cuman ikut-ikutan kakak."

"Apa lebih baik kita tanyakan saja pada ibu?"

"Jangan kak, ibu tidak suka kan kita melakukan hal seperti ini dengan ayah?"

"Iya juga sih...."

Kedua bocah itu menatap keudara, dimana saat ini Lucian dengan tangan dan tubuh terikat dikursi tengah melayang-layang di langit-langit ruang kerjanya sendiri dan terlihat hanya bisa pasrah diberlakukan demikian oleh kedua kakak beradik itu.

Lucian yang pergerakannya dikunci hanya bisa diam menerima dan menunggu Annika (mungkin) datang membebaskannya dari kekejaman anak-anak nya itu. Bagaimana tidak? Dirinya saat ini melayang, lalu sebagian kaca jendela sudah pecah berserakan dilantai, belum lagi ruang kerjanya yang kini amburadul seperti kapal pecah.

Oh, jangan lupakan Walter yang pingsan dipojokkan sebab ulah Lysia dan Aldwin.

Sebenarnya Lucian bisa saja melepaskan dirinya saat ini, tapi melihat raut wajah mengerikan mengintimidasi dari putra nya itu membuatnya mengurungkan niat segera.

Persis seperti bom yang akan meledak kapan saja.

"Ayah harus menjawab dengan jujur, Lysia akan mengintrogasi ayah. Selagi Lysia baik maka ayah juga harus menjawab dengan baik."

"Baiklah...."

'kok macam sidang saja ini ceritanya?'

"Ayah tahu tidak kesalahan ayah apa?"

"Membuat ibumu kecewa."

"Lalu?"

The Vermilion Primrose [END]Where stories live. Discover now