18. Duke Vallerius

26.3K 3.9K 103
                                    

Seorang gadis berjalan dengan langkah biasa, memasuki sebuah gerbang asrama. Seluruh pasang mata memandang kedatangan nya, rambut oranye labu dan seekor rubah mengikuti langkahnya. Pandangan dingin nya menusuk setiap pasang mata yang lama mengaguminya, sayang, dirinya tak semudah itu untuk didekati.

"Selamat datang, nona Sienna..."

Sienna, menoleh kearah lelaki tua yang telah bekerja selama bertahun-tahun ditempat ini. Ia memasang senyum ramah, "apa anda akan menemui tuan Lucian?"

"Seperti biasa, anda selalu bisa menduga..."

Sienna kembali berjalan menyusuri koridor asrama siswa academy of magia. Menuju salah satu pintu coklat oak dengan papan nama sihir didepannya, Lucian. Lelaki tanpa nama belakang itu lah yang akan ia temui malam ini. Sienna menarik nafas lalu mengetuk pintu, hening, lagi... Ia mengetuk lagi.

Berdiri Selama 10 menit. Ia menatap rubahnya datar. "Apa ia lagi-lagi kabur?"

Sringg...

Sienna menoleh dan menggebrak pintu secara tiba-tiba. Hingga sosok lelaki pemilik ruangan terlihat. Menatap kedatangan nya datar. "Itu pintu ke 20 yang kau hancurkan, Sienna."

"Kau sendiri yang membuatku menunggu lama-_"

"Ada apa kemari?"

"Kepala dekan meminta mu untuk menemuinya. Sekarang."

"Tuan Louis?" Sienna mengangguk. Menatap rubah dalam pangkuannya. "Ada guruku juga disana." Lucian kembali menoleh kearahnya. Lalu menghela nafas panjang. "Duke?"

***

"Apa? Tuan Duke Vallerius datang? Menemuiku secara pribadi?" Ucap Annika seraya menutup buku yang ia baca di ruang baca, kedua alisnya terangkat, heran. Jarang ia mendapat tamu seperti Duke. Biasanya hanya teman sebayanya dan Albert yang datang bertamu untuknya.

"Iya, nona!" Ucap Arina yang nampak sumringah, mungkin kembali berpas-pasan dengan kesatria Mark yang dirumorkan tampan itu. "Oh, ada tuan Marquis juga."

"Baiklah..."

Annika menghela nafas, terpaksa merelakan beberapa lembar halaman terakhir buku filosofi yang ia baca. Ethan, yang berdiri tak jauh darinya ikut mengekori. Annika mulai terbiasa, diikuti dengan tatapan dingin Ethan yang tak pernah berubah, ia ingat hari-hari pertamanya dikawal oleh pria bersurai silver ini dengan jelas. Selalu mengekori nya.

"Aku hanya akan membaca diperpus, harus yah dikawal?"

"Saya hanya melaksanakan perintah dari tuan saya. Nona..."

"Disini tidak ada Albert, istirahat lah."

"Saya tidak bisa."

Sikapnya, begitu datar~

"Sangat datar, melebihi datarnya kertas-_" gumam Annika, sontak membuat Arina menoleh. Mungkin bingung dengan sikap datar tuannya saat ini.

Mereka tiba didepan pintu ruang khusus bertamu. Dari luar, dapat Annika dengar beberapa suara percakapan. Mungkin Duke dan Marquis saling berbasa basi yang kelewat basi. Annika menghela nafas, asalkan tidak berhubungan dengan keselamatan nyawanya tidak apa.

"Untungnya bukan Duke Adelio. Oh, aku lupa, Marquis dan Duke punya hubungan yang buruk."

Annika malu pada dirinya sendiri yang lupa dengan kenyataan bahwa Marquis dan Duke memang memiliki hubungan yang tidak cukup baik.

The Vermilion Primrose [END]Where stories live. Discover now