06. Keluarga Baru

40.5K 5.9K 120
                                    

Lucian menatap pintu tempat Annika keluar tadi, dengan paksa ia mendorong keluar tubuh gadis itu yang bersikukuh memastikan dirinya segera mandi. Tentu saja akan dia lakukan tanpa dipinta. Tapi ia tidak mau dibantu oleh satu orang pelayan pun, ia akan melakukan nya sendiri.

"Kau bau!"

Apa aku sebau itu?

Lucian mengendus-endus aroma tubuhnya sendiri, mencari tau apa ada aroma tak menyedapkan lainnya yang tertempel pada permukaan kulit nya. "Tidak ada..."

"Gunakan sabun itu untuk menggosok tubuhmu! Mengerti?!"

Gadis itu terlalu memerintah dirinya. Tapi entah mengapa, ia tidak terlalu keberatan dengan hal itu. Ditatapnya bath up besar dengan bentuk bundar, tampak kepulan asap dari air panas yang disediakan dari tadi. Disebelah bath up juga ada sabun batang beraroma buah persik yang manis.

"Apa tidak apa aku memakainya?"

"Semua yang ada dikamar ini adalah milik mu, jika ada sesuatu yang kurang katakan saja pada kepala pelayan. Lucian..." Ucapan Marquis beberapa saat lalu membuyarkan lamunannya. Ia menatap bath up itu, lalu masuk kedalamnya. Air hangat menyambut permukaan kulitnya. Ia terdiam. Ia tidak pernah membayangkan bahwa mandi air panas akan menenangkan dirinya.

"Ini nyaman..." Lucian meraih sabun itu, menghirup aroma manis nya yang menyeruak memenuhi Indra penciuman nya. Dan segera menggosokkan nya ketubuhnya sendiri. Ia tidak akan selesai mandi jika bau yang Annika maksud tidak hilang sepenuhnya.

***

"Apa ini?"

Komentar dari mulut kecil Annika sontak membuat Lucian menggarukan kepalanya yang tak gatal. Ia tersenyum kecut. Lalu menampilkan lengan pakaiannya yang kelewat panjang dari tangan nya. Bahkan tubuhnya nampak tenggelam dengan melarnya pakaian yang ia kenakan.

"Apa kita hanya punya ini?" Annika menoleh kearah Russel.

"Pakaian bekas milik tuan muda Yurian hanya ini yang paling kecil nona. Setelahnya kita tidak punya lagi pakaian yang pas untuk tuan Lucian."

"Hmm...nanti panggil kan pembuat pakaian langganan keluarga. Pakaian yang tidak pas pada tubuhnya nanti akan mengganggu pergerakan tubuh dan tidak nyaman dikenakan."

"Baik Nona."

Annika menolehkan kepalanya kearah Lucian lalu tersenyum hangat. "Tidak apa, kita akan segera menemukan pakaian yang cocok untuk mu nanti. Sekarang mari kita bahas academi apa yang akan kau masuki saat tahun ajaran baru nanti."

Lucian menoleh, kearah Annika dengan dress biru mudanya. Ngomong-ngomong ia baru menyadari tingginya dengan Annika hampir sama. Apa ini kebetulan.

"Usiamu berapa?" Annika menoleh. Seraya menunjuk dirinya. "Aku?" Lucian mengangguk dengan tatapan polos. "10 tahun. Ian?"

Aku sudah mengetahui berapa usiamu tahun ini, 12 tahun. Dan Duke menemukanmu ditengah bulan musim dingin. Sama seperti saat ini, aku sungguh beruntung berhasil menemukan mu sebelum Duke.

"Usiaku...12 tahun."

"Wow, aku tidak menyangka nya, kupikir kita sebaya dilihat dari tinggi tubuhmu yang sama denganku. Ternyata kau dua tahun lebih tua dariku." Benar saja, tubuh Lucian bisa dibilang kekurangan zat besi, protein, dan lainnya, penyebab faktor utama rendahnya Lucian ialah pola hidupnya yang serba kekurangan dulu. Annika sedikit prihatin melihat jari jemari tangannya yang kecil. Serta tubuh ringkih kurang nutrisi nya tadi.

The Vermilion Primrose [END]Where stories live. Discover now