05. Hari Pertama

40.5K 5.7K 146
                                    

"apakah bisa?"

Tentu saja harus bisa, dan hal itu harus diusahakan bisa! Ayolah, sudah banyak orang-orang jenius di Westeergard yang disponsorkan oleh Marquis Raihanna. Hal itu tidak akan menganggu sedikitpun atau mengurangi uang sepeserpun dari manajemen keuangan Marquis. (Aku bisa membuktikan nya kalau kalian mau.) Harta keluarga ini cukup untuk membeli satu pulau!

"Ayah ingin bertemu dengannya..."

Aku mengangguk, lantas berlari kearah pintu dan menyuruh Russel untuk memanggil Lucian. Sesaat setelahnya, Lucian, didampingi Nana mengekori Russel ketempat kerja ayah.

"Perkenalkan, ini Lucian. Lucian, ini ayahku, Marquis Raihanna."

Lucian membungkuk hormat dengan gerakan kaku, mungkin Nana baru saja mengajarinya. Hal yang Bagus. Kulirik Marquis yang menatap Lucian intens. Dari ujung kaki sampai ujung rambut. Keterlaluan.

"Jadi Lucian. Putri ku bilang kau mempunyai sebuah bakat alami."

"Aku... Tidak begitu yakin..." Jawab Lucian yang mungkin saja risih diperhatikan sedari tadi.

"Kau punya mata merah yang unik."

Marquis mengangkat dagu Lucian dengan ujung jari, membiarkan mata merahnya bertemu dengan iris amethys milik Marquis.

"Ayah! Kau membuat Ian takut!"

"Ian?"

"Lucian! I-a-n> Lucian." Jelasku pada Marquis yang ber-oh-ria. Kuharap rasa tegang yang mungkin saat ini dirasakan oleh Lucian karena tatapan Marquis barusan. Berkurang.

***

"Selain sihir pemberhentian waktu. Apa yang bisa kau lakukan?"

"Tidak banyak..." Lucian mentautkan kedua ibu jarinya, merasa tak nyaman dengan sikap mengintimidasi dari apa yang Marquis lakukan padanya. Ia menatap pintu tempat Annika keluar 15 menit yang lalu, entah apa yang membuat gadis itu kembali meninggalkan nya bersama sang Marquis berdua dalam ruangan. Dengan secangkir teh yang disuguhkan khusus untuknya.

"Apa kau mempelajari nya sendiri? Atau kedua orang tua-"

"Orang tua saya membuang saya."

Marquis terdiam, ditatapnya iris Crimson milik Lucian yang bergetar tak karuan. Warna mata merah adalah hal yang jarang dikekaisaran bahkan dianggap kutukan karena warna Semerah darah nya itu.

"Kau memiliki warna mata yang unik, mungkin putri ku tertarik dengan warna itu..."

Lucian hanya diam membisu, ia paling tidak menyukai topik yang berhubungan dengan mata merah yang ia miliki. "Tuan...apa aku boleh bertanya?"

"Tentu.."

"Apa tuan akan mengabulkan permintaan Annika atas diri aku?"

Marquis tersenyum kecil, lalu menyeruput teh miliknya. Menatap bayangan wajah nya pada permukaan merah tua pada teh Rosella yang dihidangkan.

"Kau memang tidak memiliki etiket terhadap bangsawan. Tapi aku suka dengan dirimu yang berani bertanya perihal keputusan ku atas permintaan putriku."

Annika adalah segalanya bagi Marquis dan istrinya. Ia akan melakukan apapun untuk mengabulkan permintaan putrinya tersebut, bahkan tanpa tes pun mungkin ia akan langsung memberikan sponsor atas anak bermata merah didepannya ini tanpa persyaratan apapun.

The Vermilion Primrose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang