"hei, apa yang kau lakukan ditempat ini sendirian?"
Seorang anak seusia ku berjalan mendekatiku yang tengah duduk termenung diayunan taman komplek perumahan. sendirian-berdekap dalam pakaian tipis yang tidak berhasil memberi ku kehangatan. Aku menoleh kearahnya dengan senyuman tipis. "Aku diusir..."
"Di usir? Dari rumah?"
"Hmm..." Aku mengangguk, rumah? Apanya yang rumah? Bodohnya aku yang pernah menganggap tempat itu sebagai rumah? Mereka bahkan tidak peduli pada diriku yang sudah makan atau belum, bahkan ayah ku! Yang notabene adalah ayah kandung ku mengabaikan keberadaan ku seolah aku ini bukanlah putri dari wanita yang pernah mengisi hidupnya!
-"anak haram seperti mu lebih baik mati!"
Lucu, padahal aku juga bagian dari keluarga itu.
"Kenapa kau diusir?"
Ia bertanya dengan wajah yang seolah tidak mempercayai perkataan ku, dapat dimengerti, dia adalah tetangga satu komplek ku. Aku sering melihat nya selalu mendapat kasih sayang dari kedua orangtuanya itu. Benar-benar luar biasa. Aku tersenyum simpul mengingat bahwa hidupku mungkin dapat dikatakan tidak semenyedihkan mereka yang tinggal di jalanan kota, tapi aku juga ingin merasakan mereka yang mendapatkan kasih sayang penuh dari orangtuanya.
Sama halnya dengan keluarga pada umumnya.
"Karena tidak ada yang menyayangi ku."
"Lalu apa kau ingin mendapatkan kasih sayang?"
"Apa?"
Dia tersenyum lalu mengulurkan tangannya padaku, aku yang bengong memegang tangannya tanpa ragu-ragu dan balas menatap sosoknya yang menurutku lebih mirip dengan para bule yang biasa nongkrong dikedai nasi Padang dekat sekolah saat libur panjang Desember tiba.
"Siapa nama mu?"
"Kenapa kau menanyakan namaku?"
"Sebut saja."
"Yulia, itu nama ku."
Ia tersenyum lalu mengangguk sambil menatap bintang dilangit malam. "Baiklah yulia. Ingat satu hal ini, kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan dalam hidupmu, cinta dan kasih sayang." Aku tidak mengerti apa yang dia katakan, jadi aku diam dan terus mendengarkan kata-kata dari anak tetangga ku itu.
"Ketika usiamu menginjak 17 tahun, kasih sayang yang kau dambakan, akan kau dapatkan. Tapi tidak disini."
"....aku tidak paham."
"Tidak apa, nanti kau juga paham, ingatlah kata-kata ku ini Yulia. Kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan dalam hidupmu, dia juga. Jadi jangan bersedih dan berbahagialah. Karena aku memilihmu untuk...."
Ia tersenyum kecil padaku, "mengubah cerita ini."
***
Gasp-!
Annika membuka matanya lebar-lebar. Bukan pepohonan hutan tempat terakhir kalinya ia membuka mata, melainkan sebuah langit-langit Mansion tua yang terlihat tidak terurus. Terbukti dengan adanya jaring laba-laba dan debu yang beterbangan menghiasi seluruh perabotan tua yang ada dalam ruangan itu. Annika bangun sambil memegangi kepalanya yang menderita karena benturan keras yang ia dapat setelah terjatuh dari kuda dan mengakibatkan kepalanya menghantam baru keras.
Ajaibnya, dia belum kehilangan nyawanya sama sekali setelah insiden mengerikan tersebut.
Dengan langkah tertatih ia turun dari ranjang dengan seprai putih yang juga berdebu, menatap cermin kusam yang nyaris tidak memantulkan refleksi apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Vermilion Primrose [END]
FantasyCatatan: Akan segera terbit, chap masih lengkap, belum revisi, boleh dibaca tapi jangan sampai lupa kasih vote. Keep waiting for the book, Kay?? [ Renaître Series #1 ] kesempatan kedua, aku tidak pernah memikirkan hal seperti itu. aku sudah cukup ti...