[2nd] 18. Malam Festival (II)

10.3K 1.8K 45
                                    

"Helena?"

Baik Lucian maupun Annika sama-sama mengucapkan nama wanita itu disaat bersamaan, elden yang melihat keduanya mengangkat alis, tidak menyangka keduanya akan sekompak itu.

"Ya, nona Adelio, kalian melihatnya?"

"Kalian punya hubungan apa?"

Lucian mengerutkan keningnya ketika mendengar Annika menanyakan hal aneh seperti itu pada pria asing yang sama sekali tak ia kenal, terakhir kali ia melihat nya adalah ketika ia menemui Annika ditenda.

Itupun sekilas saja.

'kenapa kau harus menanyakan mereka memiliki hubungan apa?'

Lucian menelan kata-kata nya kembali ketika ia merasakan sesuatu yang aneh disaat bersamaan, ia dengan cepat memegang gagang pedang yang ada didekat tangan kirinya dengan kuat.

Itu terasa familiar, sama seperti ketika ia dihipnotis oleh seseorang yang masih belum ia ketahui identitas Nya, ketika Lucian mendengar langkah kaki yang mendekat mereka ia segera berbalik dengan cepat dan mengacungkan pedangnya pada orang itu.

"Lucian!"

Mata merah yang semula menatap sengit, berubah dengan cepat ketika melihat raut keterkejutan dari wanita yang lehernya tepat berada didepan mata pedangnya.

Annika dan Elden menarik nafas ketika melihat mata pedang itu hampir menancap tepat dileher jenjang Helena.

"Apa yang kau lakukan? Turunkan pedangmu Ian!"

Annika buru-buru menarik lengan kirinya yang menggenggam pedang, lalu menatap Helena dengan khawatir. "Kau tidak apa?"

"...."

"Ian, apa yang tadi kau lakukan?"

Lucian bukan menjawab, tapi menatap kearah Helena dengan mata waspada seolah dia adalah singa yang lapar terhadap herbivora berdaging empuk. Kemudian ia menghela nafas dan meletakkan kembali pedangnya.

"Maafkan tindakan tidak sopan ku terhadap nona."

"....tidak apa."

Bibir kecil itu terbuka dan tersenyum lembut, lalu menatap kembali kearah Annika terlihat khawatir dengannya, Helena melempar senyum kembali sambil meraih tangannya, tangan putih itu menggenggam nya sebentar.

"Nona tidak perlu merasa bersalah."

Bukannya merasa tenang, nafas Annika justru semakin memburu karena tangan yang menggenggam jari jemari nya itu terasa dingin. Seperti mayat hidup, wajah tersenyum dengan sorot mata kosong itu tampak tidak hidup.

Seperti patung es.

Annika secara naluriah merasa waspada, tapi disaat bersamaan dia tidak bisa melakukan apapun.

"Nona tidak perlu mengkhawatirkannya, tuan Vallerius pasti bersikap waspada karena ada seseorang yang harus ia jaga."

Kata-kata lembut Helena menyadarkan nya dari lamunannya. Annika menelan ludah ketika tangannya lepas dari cengkeraman dingin itu. Helena menatapnya sekilas lalu beralih pada elden yang melihatnya khawatir. Mereka berbicara sebentar lalu pergi bersama menuju ramainya festival.

Dan disaat bersamaan itulah semua orang membicara apa yang baru saja Lucian perbuat.

"...."

Annika menatapnya sebentar lalu meraih tangannya.

"Aku tau kau tidak terlalu suka dengan keramaian, mari kesisi lain dimana tidak banyak orang yang membicarakan mu, maaf karena membentak mu tadi, ayo..."

The Vermilion Primrose [END]Where stories live. Discover now