[2nd] 12. Time

14K 2K 77
                                    

Elden, adalah Putra kedua Duke Álainn, Adipati kekaisaran Victoria. Kakaknya, Adrien Álainn adalah Duke yang menggantikan posisi ayahnya yang diserang dan tewas dalam perjalanan pulang dari kerajaan Lemia beberapa tahun silam.

Dan setelah perang besar yang pecah dan melibatkan keluarga Adipati dan bangsawan lainnya.

Sang adik, Calisa Álainn menikah dan menjadi permaisuri dari kaisar yang sekarang. Dikarenakan hubungan yang dekat itulah, kaisar menunjuknya sebagai ketua dari Tim ekspedisi nasional antar kekaisaran saat ini.

Namun, ternyata kemalangan tengah berpihak padanya.

"Astaga, aku baru saja tiba dikekaisaran ini dan sekarang aku mendapat masalah! Richard sialan! Kenapa aku harus mengikuti kemauan nya sebagai pemimpin tim ekspedisi?! Jika bukan karena Calisa adikku yang menikah dengan nya aku akan menolak mentah-mentah perintahnya!"

Yah, dia awalnya tidak berniat melakukan apapun selama kompetisi berburu sedang berlangsung. Membiarkan anak buahnya mengikuti kompetisi itu, ia memilih untuk berkeliling hutan utara itu dan pada akhirnya berakhir dengan menolong seorang wanita yang tak ia kenal.

Dan tentunya mendapatkan buruan beruang coklat besar incaran semua peserta.

'lucu sekali!'

Ia menendang kerikil kecil yang kini terlempar kesasar mata air yang mengalir deras, ia baru saja kembali dari pertemuannya dengan putra mahkota yang sibuk mengintrogasi dirinya yang merupakan saksi mata sekaligus orang yang sudah menyelematkan nyawa seorang putri Marquis yang berada dihutan dan hampir diserang beruang.

"Aaah, jika bukan karena aku baik hati dan menolongnya, aku tidak akan terjerumus dalam masalah menyebalkan ini."

Ia naik ke jembatan dengan langkah kesal nya, mengabaikan dedaunan musim gugur yang berguguran menghiasi permukaan mata air yang jernih itu.

Itulah saatnya.

"Apa yang membuatmu sekesal itu?"

Suara yang lembut, Elden untuk pertama kalinya mendengar suara selembut itu, tentu saja suara adiknya yang paling ia sukai, tapi suara yang tengah menyapa damai kekesalan nya benar-benar membuatnya terdiam untuk beberapa saat.

Ia menoleh, mendapati dua mata hijau jernih yang indah dibalik payung berwarna coklat yang kontras dengan suasana musim gugur saat ini.

Seolah diterpa angin menyejukan, Elden tidak dapat beralih dari sosok itu.

***

Mengucek mata yang terasa lebih berat dari sebelumnya, Annika menatap area luas kamar itu. Ada sofa yang saling berhadapan, meja bundar dengan teko teh yang terlihat mengepulkan asap, perapian dengan kayu yang terbakar untuk menghangatkan ruangan. Dan beberapa benda lainnya yang biasa dia lihat sebelumnya.

Annika meregangkan otot-otot tubuhnya dan terkejut sesaat ketika mendapati gaun biru yang ia kenakan sebelumnya kini berganti dengan gaun rumahan yang berbahan ringan. Ia menepuk wajahnya yang terasa panas dan segera menggelengkan kepalanya.

"....berpikir positif, berpikir positif."

Daripada ia bersungut-sungut sendirian tanpa Lucian disini, akan lebih baik jika ia melihat-lihat kembali Mansion asing dimatanya itu.

'Ngomong-ngomong dimana Ian?'

Ia meraih sebuah mantel dengan warna putih dan menutupi bahunya menggunakan itu. Berjalan keluar dari kamar, ia menengok sebentar dan tidak melihat satu pelayan yang lalu dikoridor panjang lantai dua itu.

"...kenapa disini sepi?"

Mansion itu, jelas terlihat baru dibangun, terlihat sederhana namun disaat bersamaan terlihat mewah, Annika berjalan-jalan sebentar, sendirian. Melihat-lihat sekitar lantai dua Mansion dan akhirnya menemukan tangga menuju kebawah.

The Vermilion Primrose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang