[2nd] 33. The battle (I)

9K 1.5K 99
                                    

"yang mulia bagaimana kami bisa melindungi anda dalam Medan perang seperti ini!"

"Oh ayolah, aku bukan anak kecil yang butuh perlindungan! Aku punya Albert, Napa hah?!"

Selena mendengus kesal kearah kesatria yang sedari kecil sudah mengawalnya itu, Axe hanya bisa geleng-geleng kepala ketika melihat Selena menatapnya tajam dengan pakaian kesatria wanita yang tengah ia kenakan saat ini. Tidak hanya itu bahkan Hansel ada disana dan menatap adiknya dengan pandangan sulit diartikan, kenapa? Karena Selena bertindak bak letnan dari pasukan terbaik kekaisaran yang saat ini tengah berkumpul didepan jurang dengan kabut tebal itu.

'medan perang teraneh yang pernah aku lihat...'

ketika melihat pohon dengan akar besar yang menjuntai kebawah, ia menarik nafas dalam-dalam lalu mengintip kebawah sana. ralat, hanya ada kegelapan dibawah kakinya. Ia menoleh kembali kearah kakaknya dengan ragu.

"Kak, turun duluan kih sana, aku kan tidak pernah memimpin sebuah Medan peperangan seperti kakak."

Hansel menatapnya datar, bisa-bisa nya adik kecil kesayangan nya itu melawak disaat menegangkan seperti ini, seperti yang dikatakan Lucian pada Selena, mereka gagal menemukan tempat ini karena ada gelombang sihir misterius disini, Hansel menarik kudanya untuk mendekati jurang itu dan menatap kedalam.

"Ini akan sulit," ia bergumam kecil lalu menoleh pada Selena sekali. "Apa kau yakin benar ini tempat nya?"

"Bagian mana lagi yang tidak tertutup kabut sihir selain ini hah?!"

"Karena tidak mungkin bagi kita membawa kuda kedalam sana, kita akan meninggalkan kuda disini lalu turun kesana, dan lagi tidak ada jaminan kita akan selamat dengan mudah seperti dimedan perang pada umumnya, lawan kita adalah monster."

Semua kesatria menelan ludah dengan wajah diam. Begitu juga Selena, dengan nekat ia berdiri ditempat seperti ini hanya untuk menolong sahabatnya sehidup sematimya. Padahal Hansel sudah bersikeras melarang nya tapi karena kaisar mengijinkan dengan dalih 'melihat kemampuan nya' dia langsung menetapkan keputusan untuk ikut tanpa ragu-ragu, tetap saja yang namanya saudara siapa yang tidak khawatir? Dan Medan pertempuran bukanlah tempat untuk seorang wanita yang tidak pernah menyentuh pedang berdiri.

"Albert, kawal dan lindungi adikku, jika dia sampai terluka sedikit saja maka tanganmu akan ku penggal ditempat."

"Tunggu apa? Kau memberikan perintah padaku untuk mengawalnya? Aku?! Sepupumu ini!"

"IYAAA albert ajudan baik hati~"

"Wah apa ini suatu pertanda?"

"LAMARAN MU AKAN SELALU AKU TOLAK MENTAH-MENTAH!"

Hansel berlalu dari hadapannya dan berjalan menuju adiknya. Albert berdecih kesal dan menatap nya datar. Dalam hati ia diam-diam menyumpah serapahi pria menyebalkan disampingnya dengan sepuas hatinya.

'syukur-syukur aku mau, jika saja dia bukan pangeran, aku akan melemparkannya kedalam sana!'

"Jadi, kau benar-benar mau ikut turun kebawah sana?"

"Tentu, kenapa? Kakak khawatir?"

"Saudara mana yang tidak khawatir dengan adik satu-satunya hah? Aku sudah berjanji pada ibu untuk selalu melindungi mu tidak peduli apa yang akan terjadi."

Selena tersenyum dan mengecup pipinya dengan cepat, kemudian ia tersenyum lebar seperti anak kecil dan Merapikan rambut merah Hansel dengan tangannya, "aku senang jadi adik dari tokoh utama terabaikan seperti kakak hehe..."

"Hah?"

"Bukan apa-apa, kakak selalu tampan paripurna, aku harap kakak segera mendapatkan jodoh oke?"

The Vermilion Primrose [END]Where stories live. Discover now