[2nd] 35. Red Pistil

9.5K 1.6K 121
                                    

"maka dengan itu kau akan merasa tenang."

'aku tidak akan ragu...'

Jeremy tersenyum miring menatap wajah didepannya yang bahkan tidak berkedip sedari tadi.

"Akan lebih menyenangkan jika kau benar-benar mengatakan bahwa kau ingin mati segera."

"Lakukan saja apa yang menjadi tujuan utamamu melakukan semua ini, aku tidak takut."

Annika tersenyum tipis dan melepas tangannya yang mengarahkan pedang kelehernya. Jeremy tidak menunda kesempatan itu lagi, dengan mata menggelap ia menerima tawaran Annika untuk segera membunuhnya. Annika menutup matanya, merasakan cipratan darah mengenai pipinya.

Cairan panas itu mengenai pipinya.

Tapi kenapa tidak ada rasa sakit yang ia pikir akan ia rasakan setelahnya?

***

"Apa? Kenapa monster nya tiba-tiba berhenti?"

Salah satu kesatria menatap monster yang tiba-tiba berhenti disisi jurang, bahkan beberapa dari mereka yang sudah berada diatas untuk menghalau jika mengatakan hal yang sama, tepat ketika monster-monster itu akan masuk menuju ibukota tubuh mereka seolah menjadi sekaku batu granit raksasa yang tidak dapat bergerak sedikitpun.

Selena yakin perempat siku sudah terbentuk di kening nya saat melihat para penyihir yang berusaha menahan kerberos tiba-tiba diam tepat setelah sesuatu yang bersinar terlihat dileher makhluk itu.

"Apa itu?"

"Sesuatu seperti kalung?"

Krak–!

Terdengar seperti suara sebuah rantai yang lepas, sesuatu yang bersinar itu menjalar dari leher kerberos menuju sisi jurang dan lepas seolah itu adalah penahan kerberos untuk dapat bergerak bebas.

Rantai besar yang menahannya lepas.

Kerberos mengaung sekali lagi dan akhirnya menarik satu persatu monster yang menggeliat kehilangan kekuatan untuk bergerak kedalam sebuah pusara hitam mengerikan yang akhirnya menghilang selama satu menit setelahnya. Anjing dengan tiga kepala itu menunduk kearah para penyihir seolah berterimakasih karena telah membebaskan dirinya dari rantai yang menahannya dan akhirnya mata merah ketiga kepala anjing itu menatap tepat kearah Sienna yang dalam pandangan mata Selena tengah terluka cukup parah saat ini.

Kerberos itu berjalan perlahan mendekatinya.

"Ggroar..."

"...."

Hening.

Tidak ada yang berbicara, mereka menatap makhluk raksasa itu menunduk untuk memeriksa keadaan Sienna yang terkulai lemah dibawah seekor rubah yang bersikap waspada.

"Tuan Harry?"

Selena mendekati Harry yang berdiri tidak jauh darinya lalu menepuk pundaknya pelan dan bertanya dengan lirih.

"Apa yang... Makhluk itu lakukan?"

"Kerberos adalah penjaga alam baka, sepertinya dia akan membawa pergi arwah Sienna untuk pergi bersamanya."

"Maksudmu..."

"Dia telah tiada."

"Apa, tapi tadi..."

The Vermilion Primrose [END]Where stories live. Discover now