[2nd] 38. Without Her

13.6K 1.9K 118
                                    

Musim semi, musim dimana hari-hari bahagia kini dimulai. Hari dimana sebongkah es di danau mencair dan bergerak menuju laut. Dan itu adalah musim semi ke-tujuh yang sama bagi seorang Lucian, tidak ada bedanya dengan musim semi sebelumnya, baginya sama saja....

Waktu kehidupan nya seolah terhenti tepat pada salju pertama turun tujuh tahun yang lalu.

Hari yang sama ketika Annika memulai tidur panjangnya setelah kembali hidup.

"Tujuh tahun pas...."

Angka tahun baru sudah dicoret dengan tinta hitam, kalender sedikit memudahkan nya dalam menghitung hari demi hari yang berlalu.

Tujuh tahun...

Selama itu pula Lucian tidak bisa melihat senyuman ceria yang biasa ia tunjukkan pada nya disetiap detik pertemuan mereka. Selama itu pula dia tidak melihat tatapan ungu yang biasa menatapku dengan lembut. Dan selama itu pula Lucian...

...hidup tanpa dirinya.

Waktunya seakan terhenti sejak hari itu datang dikehidupan nya.

"Tuan, kereta sudah siap."

Lucian menoleh, kearah kepala pelayan yang membungkuk hormat pada dirinya. Kehormatan yang dijanjikan memang datang pada Lucian sejak hari itu, nama nya seketika menjadi tinggi tepat setelah ia kehilangan dirinya, seseorang yang telah berjanji menempatkan diri Lucian tepat ditempat tertinggi jika dia mau ikut dan memegang tangannya yang terulur padanya di tengah musim dingin, tempat pertemuan pertama mereka hari itu.

Tapi apa arti dari semua ini?

Jika tidak ada diri Annika yang berdiri disisinya?

Lucian merapikan kancing kemejanya dan menatap cermin didepan dengan tatapan datar, ia menatap jas hitam yang tergantung disisi cermin sama datar nya ketika ia menatap cermin.

Yah, ia akan pergi keluar dihari pertama musim semi ini. Lebih tepatnya pergi dan hadir sebagai tamu di acara Resmi seorang teman.

'kenapa pernikahan mereka harus memilih hari ini...'

Selena dan Albert-setelah perjuangan panjang melawan sang kaisar tentunya-akan resmi menikah hari ini. Dihari pertama musim semi yang kebetulan sekali bertepatan dengan hari ulang tahunnya sendiri.

Lucian berdecak kagum, kini diantara para bangsawan muda yang sudah menikah, hanya dirinya yang masih memegang status sendirian atau yang lebih dikenal dengan istilah jomblo, istilah yang diperkenalkan Selena dua tahun lalu cukup aneh ditelinga nya dan anehnya kini istilah itu menjadi tren dikalangan para bangsawan yang enggan menikah. Seperti dirinya. Misalnya...

"Baiklah, dan tolong beritahukan kepada Annika aku akan menemuinya setelah ini untuk menyapanya seperti biasa."

Kepala pelayan mengangguk dan perlahan keluar dari kamar nya, tepat setelah ia keluar, Lucian menghela nafasnya pelan dan menatap kejendela luar dimana hamparan Padang rumput dan bunga-bunga liar bermekaran membentang luas tanpa batas.

Sisi Utara kekaisaran merupakan tanah kosong dengan kota kecil bernama kota Eden yang tidak terlalu dikenal luas oleh khalayak ramai bahkan tidak ada satupun bangsawan yang ingin mengambil tempat itu sebagai daerah kekuasaan, damai dan tentram, persis seperti yang tertulis didalam buku harian Annika yang kini tersusun rapi di sebuah rak khusus di kamarnya.

- aku ingin tinggal di sebuah lembah dekat pegunungan dengan Padang rumput luas yang damai dan tentram jika aku berhasil melewati semua ini.

Setelah tanpa sengaja melihat tulisan itu, ia benar-benar meminta kepada Duke Vallerius untuk memberikam izin pada kekaisaran agar ia dapat mengelola tempat itu menjadi salah satu tanah kekuasaan milik Duke Vallerius.

The Vermilion Primrose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang