08. Hadiah

36K 5K 88
                                    

Kutatap pintu kamar Lucian yang terkunci dari dalam. Setelahnya, aku menoleh kebeberapa pelayan. Mereka bersaksi padaku tentang cerita yang tidak jauh berbeda dengan apa yang Nana katakan padaku.

Nyonya Fiona mengalami luka cakar dibeberapa tubuhnya,(untungnya tidak mengenai wajah.) Dan selain itu tidak ada lagi yang luka serius lainnya. Russel mengurus beberapa hal terkait pengobatan bagi Nyonya Fiona, aku menghela nafas.

"Lucian..."

Hening, tidak ada suara...

"Lucian ini aku..."

"Mungkin ini sedikit sulit untukmu, tapi tolong, biarkan aku masuk."

Mendengar ucapan ku, para pelayan sontak melarang dan menarikku untuk tidak masuk. "Kenapa? Ian bukan monster. dia tidak akan melukaiku!"

"Nona, berbahaya!" Sergah pelayan yang lain.

"Aku tidak peduli! Dan lepaskan tangan kalian dariku!"

Meski bukan niatan ku untuk membentak mereka, tapi aku tidak ada pilihan lain selain ini, toh, citra ku didepan mereka juga bukan urusanku.

"Ian...apa kau akan terus mengabaikan ku seperti ini?"

"Jangan masuk..."

"Apa?"

"Tolong jangan masuk!"

Tidak ada alasanku untuk tidak masuk kesana, jadi apapun yang kau katakan, aku akan tetap masuk. "Bet, kunci luar cadangan."

"Ini Nona."

Untungnya, Ian tidak memasang kunci dilubang kuncinya, jadi aku dengan mudah dapat membuka pintu itu. Meski para pelayan itu masih bersikeras melarang ku masuk karena 'berbahaya' yaaa, apa boleh buat. Aku kan bertanggung jawab atas diri Lucian.

Benar kan?

Cleek...

"I--"

PRAAANG...

***

"Nona hati-hati!"

Sebuah vas kaca melayang diudara, tepat mengenai pintu yang baru saja Annika buka, serpihannya menyebar memenuhi udara, beberapa pelayan panik tatkala melihat salah satunya menyentuh wajah Annika, berbeda dengan Annika yang menatap pemandangan didepannya dengan pandangan terkejut. Bukan pada keadaan kamar yang masih terlihat sama, kecuali vas dan... Wajah Lucian yang dipenuhi dengan darah.

"IAN!"

Lucian meringkuk disofa dengan lutut ditekuk dan tangannya yang terus menerus menggaruk wajahnya yang dipenuhi darah.

"Apa yang kau lakukan bodoh!"

Annika segera meminta para pelayan mengambil kotak obat, lalu setelahnya, ia menghampiri Lucian yang masih memalingkan wajahnya, enggan menunjukkan tatapannya.

"Wajahmu!"

"Aku tidak peduli!" Bentak Lucian tiba-tiba.

"Akan lebih baik aku begini daripada aku menyakiti wanita bajingan itu!"

Nyonya Fiona?

Oh, wanita itu memang pantas disebut bajingan karena berhasil membuat Annika marah, Annika pikir ancaman nya waktu itu tidak main-main, tapi ternyata, nyonya Fiona menganggap nya remeh.

"Jika aku menyakitinya maka kau akan membuang ku karena telah merusak martabat keluarga bangsawan!"

"Dia terus-menerus mengolok ku hanya karena mata merah ku! Aku mencoba untuk bersabar, tapi aku tidak tahan lagi... Hiks..."

The Vermilion Primrose [END]Where stories live. Discover now