30. Death Day

20.1K 3.1K 250
                                    

"dimana dia?"

Annika menelusuri lorong koridor menuju ballrom, namun entah bagaimana bisa dia tidak menemukan jalan maupun kesatria yang berjaga mengingat keamanan dalam ballrom yang berisi banyak bangsawan lebih diperhatikan. Apa ia tersesat dalam istana? Wajar, selama ini ia pergi keistana hanya untuk mengunjungi perpustakaan. Bukan menemui pangeran atau siapapun itu.

Langkahnya kian melambat kala melihat lukisan yang tertempel didinding merah tua dengan motif ala abad pertengahan. Suatu hal yang wajar pada istana utama kekaisaran. Total ada lima istana yang terhubung dengan istana utama. Kaisar adalah orang kaya yang menghabiskan uangnya untuk itu, mengingat pendapatan kekaisaran Westeergard tiap hari sama dengan pengeluaran mansion Marquis selama lima tahun. (Menurut perhitungan Annika)

"Ini benar-benar memusing... kupikir Ian juga tersesat disini mengingat dia jarang mengunjungi istana sebelumnya."

Annika menghela nafas, koridor ini seperti labirin yang terus membuat nya mengulang rute, padahal seingatnya saat Ian membawanya ketaman tadi mereka hanya melewati jalan yang mudah diingat.

"Kemana anak itu pergi..."

Lorong dengan lukisan wajah yang sama seperti model lukisan Monalisa yang menyeramkan membuatnya merinding sendiri, mata-mata lukisan itu seakan menatap keberadaan nya dikoridor megah nan sunyi tersebut.

"Hhhhh....dimana pintu aula nya."

Annika mencoba berbicara pada dirinya sendiri. Mengalihkan perhatian nya dari pikiran menakutkan yang menggeluti keadaannya saat ini. Hingga suatu langkah mendekat, Annika menoleh dengan cepat.

"Sir Ethan!"

Uh, jantung ku selamat...

"Apa yang anda lakukan disini? Jangan bilang mengawal saya."

Ethan menggeleng, "saya tidak sengaja lewat dan melihat nona seperti orang tersesat." Mendengarnya Annika hanya tersenyum kikuk lalu mengangguk pelan.

"Bisakah sir mengantar ku ke ballrom?"

"Dengan senang hati, nona."

Ethan menjulurkan tangannya pada Annika dan mulai menuntun jalan, tidak seperti sebelumnya kali ini koridor terasa baik-baik saja tidak ada hal menakutkan seperti tadi hingga pandangan Annika terhenti pada seorang berambut light blonde yang melindungi seorang gadis berambut cokelat tua yang tengah ketakutan dari seorang aristokrat tua.

Annika terdiam ditempat.

"Lucian?"

Lucian, dari kejauhan menahan tangan kasar yang akan hendak melayang ke pipi putih Helena yang setengah ketakutan. Persis dengan apa yang dinovel, Helena yang hendak dilecehkan saat acara kedewasaan putra mahkota diselamatkan oleh Carlos, sang tokoh utama pria kedua.

"Nona...?"

Setelahnya, aristokrat itu bergidik ketakutan. Lalu setelah nya pergi dari sana dengan mulut kasar, dari kejauhan dapat dilihat interaksi mereka berdua. Annika tertegun sesaat. Apa karena ini dia lambat menemuiku? Matanya tertuju pada sepatu yang tergeletak begitu saja tak jauh dari tempatnya berdiri.

Lucian menyerahkan saputangan nya pada Helena yang masih menangis sesenggukan dari jauh. Didukung suasana yang hening, jadi tidak akan ada yang memerhatikan mereka. Tidak kecuali Annika yang masih terdiam ditempatnya.

Saat itulah... Carlos menaruh perhatian nya pada Helena sang tokoh utama. Apa saat ini, Lucian juga merasakan hal yang sama?

Kenapa...rasanya...

"Ugh..."

Annika memegang kuat ujung gaunnya dan mencoba tersenyum pada tatapan khawatir Ethan. "Nona baik-baik saja?"

The Vermilion Primrose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang