[2nd] 4. Pertanyaan tak Terduga

17.4K 2.4K 57
                                    

"Mansion ini luar biasa..."

"Mereka lah yang luar biasa, mereka menganggap ku sebagai keluarga sungguhan, tidak mendiskriminasi ku karena mataku, mereka benar-benar menganggapku keluarga..."

Lucian tersenyum kearahnya, selama lima hari ini, Annika sering melakukan perjalanan bolak balik ibukota dan kediaman nya menggunakan sihir teleportasi yang diberikan Jean kepadanya untuk menjenguk Lucian yang masih dalam masa pemulihan.

Namun tidak seperti sebelumnya, hari ini ia terlihat lebih sehat dan segar bugar, seakan tak pernah mengalami sakit, kecuali untuk kepalanya yang masih dibalut perban putih.

"Apa kau benar-benar sudah pulih?"

"Aku sangat sehat."

"Aku tidak yakin begitu."

"Terimakasih pada bubur pahit itu..."

Annika mengangguk dan menyetujui nya, bubur itu, ia ada sedikit mencicipinya dan benar saja, rasanya benar-benar pahit! Melebihi rasa pahit kerupuk yang biasa ia makan dulu dikehidupan pertamanya sebagai Yulia.

"Ah...apa kita hanya ingin duduk ditaman saja? Sudah lima hari kau kesini, tapi aku belum membawamu berkeliling. Ini pertama kalinya kan?"

Annika mengangguk, ia jarang melakukan kunjungan terhadap Lucian dikarenakan rutinitas harian nya yang terbilang padat, berbeda dengan Lucian yang sering mengunjungi nya meski ia sangat sibuk sebagai penerus Duke dimasa depan.

"Baiklah."

"Kalau begitu, bagaimana jika para kesatria yang.........melirik dan memperhatikan kita aku buat menghilang?"

"Apa?"

Annika menoleh kesana kemari, dan benar saja, diantara para kesatria Vallerius, ia dapat melihat tiga hingga enam kesatria keluarganya yang berbaur dengan kesatria Vallerius, Marquis secara pribadi memerintahkan mereka untuk mengawal Annika lebih ketat dari biasanya, alih-alih menyuruh tiga, Marquis menambah jumlah nya menjadi delapan hingga sepuluh kesatria berdedikasi terbaik semenjak kejadian penyerangan itu.

'bahkan untuk kamarku saja, aku sudah mendapat empat kesatria yang menjaganya...-_-'

"Tidak perlu, mereka hanya bertugas melindungi ku."

"Lalu aku?"

"Apanya?"

"Bukankah cukup aku yang melindungi mu?"

"Lantas yang kemarin apa?"

Annika melirik perban putih dikepalanya, tajam, bukan tanpa sebab, otaknya memang mengalami cedera ringan, syukurlah rasa keras kepala yang dimiliki Lucian saat anak-anak dulu berevolusi menjadi tulang kepalanya yang cukup keras melebihi batu.

"Ah...ini?"

Lucian memegang kepalanya sendiri dan menatap mata ungu Annika.

"Ini sudah tidak sakit kok."

"Kok? Kau dengan santainya menyebut itu tidak sakit? Kau tau? Aku bahkan sampai harus pindah kamar karena kamarku yang sebelum nya dinding nya setengah hancur karena kau yang menimpanya, kau tahu betapa khawatir nya aku yang mendengar kau ditemukan sudah dalam keadaan berdarah?!"

"Ann-"

"Saat itu aku hanya bisa menangis tersedu-sedu dalam pelukan ibuku setelah mengetahui Sienna memberi kabar pendarahan yang terjadi dikepalamu tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti, kau tahu betapa takutnya aku jika dalam tiga hari kau tidak sadarkan diri itu kau tiba-tiba saja mati?! Kau tahu betapa kesalnya aku saat itu pada diriku sendiri!"

The Vermilion Primrose [END]Место, где живут истории. Откройте их для себя