[2nd] 32. Evil (II)

9K 1.6K 84
                                    

"Ethan!"

Aku menatap tak percaya pada pria yang ada dijendela itu. Tapi yang sangat disayangkan adalah jendela itu tertutup rapat dan tidak bisa dibuka dengan mudah, dan aku? Aku tidak bisa bergerak ataupun melakukan apapun dengan keadaan terikat seperti ini. Jadi aku hanya menatap kearahnya berharap dia akan membebaskan ku dari ikatan sihir ini.

"Nona bisakah anda mundur dari jendela ini?"

Aku menggelengkan kepalaku. "Tidak!" Astaga, betapa merepotkan nya diriku saat ini, sihir yang benar-benar menyebalkan.

Kutatap Ethan yang terlihat ragu untuk memecahkan kaca jendela menggunakan siku nya itu. Aku meringis membayangkan betapa menyakitkan nya jika dia benar-benar memecahkan jendela menggunakan sikunya.

Yah, itu baru beberapa saat hingga—

"SIR ETHAN!"

aku memekik keras kala melihat pria itu tiba-tiba terlempar karena serangan monster yang entah datang darimana itu. Ralat, aku tidak bisa bergerak saat ini, bahkan untuk meraih sebuah pena bulu berdebu yang ada dilantai saja aku tidak bisa.

Bunyi benturan antara pedang dan monster terdengar dari luar.

Aku tidak bisa bergerak. Ini benar-benar membuatku merasa frustasi ketika melihat ada siluet monster yang terbang kesini dan—

"NONA AWAS!"

praaang—!

Kaca nya pecah karena tubuh Monster yang menghantam nya! Aku memejamkan mataku kuat-kuat, sebenernya siapa sih Ethan ini bisa dengan mudah mengalahkan monster besar tadi dan membuatnya terlempar ke tempat aku ditahan. Dan parahnya lagi, monster berukuran sangat besar itu tepat disampingku dengan darah...

"Astaga naga..."

Dinding kamar yang hancur tak bersisa lebih mengerikan dari Monster nya, kenapa? Karena aku dapat melihat beberapa monster tengah menyerang pasukan red kekaisaran yang entah sejak kapan ada disini, bahkan aku dapat melihat Sienna, Harry, dan beberapa kenalan ku yang bertarung bak berada dimedan perang.

"Nona tidak terluka kan? Kan?"

Medan perang luar biasa, aku bahkan sampai mengabaikan Ethan, aku terperangah kearahnya dan segera menjawab, "iya, aku tidak apa-apa. Tapi bagaimana kau bisa ada disini? Lalu pasukan kekaisaran?"

"Ceritanya panjang, sekarang biarkan saya membebaskan nona dulu."

"Bagaimana?"

"Tuan Lucian memberikan saya sebuah liontin tepat setelah saya dipindahkan oleh sihir teleportasi miliknya kesini. Dan dia memberikan saya ini jika nona dalam masalah yang bersangkutan dengan sihir hitam."

"Ian? Memindahkan mu kesini?"

Ia tersenyum lalu mengangguk kecil dan mengeluarkan liontin dengan batu seperti permata Ruby.

"Singkat ceritanya jika saya kembali, saya yakin saya akan dihantam oleh ketua."

"Ahaha, aku minta maaf atas nama Lucian karena sudah merepotkan mu."

"Tidak apa." Dia memakaikan liontin itu keleher ku dan tersenyum kecil. "Setidaknya saya senang bisa bertemu dengan nona setelah sekian lama."

Ah, aku lupa kenyataan bahwa dia menyimpan sebuah perasaan pada diriku, betapa merasa bersalahnya aku saat ini. Aku menatap mata birunya nanar lalu menunduk kearah liontin merah yang mulai bersinar melawan sihir yang menahan tubuhku saat ini, tidak sanggup mengatakan apapun. Perlahan, lingkaran sihir berwarna ungu tua itu memudar dan hilang bergantikan dengan liontin merah yang meredup.

The Vermilion Primrose [END]Where stories live. Discover now