38. Peduli?

17.1K 2.8K 172
                                    

Wine?

Wine tadi...benar, hanya wine merah tadi yang masuk kedalam mulutnya hari ini. Helena menarik nafas, menahan keseimbangan tubuh didepan putra mahkota. Mencoba tersenyum dan mempertahankan kehormatan ayahnya dan...

"Helena..."

"Nona Helena anda tidak apa?"

Kepalanya terasa mau pecah, sesuatu yang asing mencoba mendorong nya untuk mengatakan apa yang ingin ia katakan sejak lama.

Percayalah, perasaan tertekan kadang membuat seseorang melakukan hal gila dalam hidupnya.

"Ya ampun nona!"

PRANG!

PRANG!

Bunyi meja berserakan, barang-barang berjatuhan, dan suara teriakan. Duke Adelio dengan wajah memerah menatap Helena yang berputar-putar ditengah aula dengan tawa getir dan mata berair.

'kau harus menjadi putri mahkota!"

'seorang Putri Duke adalah orang yang terhormat!"

'jika kau bisa menjaga mulut mu sedikit saja waktu itu, Crimson tidak akan ada ditangan Marquis saat ini!'

'helena kau adalah putri Duke!'

'kau harus menjadi yang sempurna diantara yang lainnya!"

Kesal, marah, malu, benci, sakit bercampur menjadi satu dalam diri Helena. Ia hanya ingin satu.

Bebas tanpa ikatan kutukan mengerikan ini pada dirinya.

Kemana ayah yang dulu ia rindukan? Kemana hilangnya kasih sayang dulu ada padanya? Kemana? Kemana semua hal yang ia impikan dulu?

Hilang....

"Aku...adalah putri yang sempurna ayah... Ahahaha hiks...aku sangat sempurna, aku tidak memiliki kekurangan apapun."

"K..kau.."

Duke dengan mata merah padam dan amarah terpendam, dia mendekati Helena yang masih membual dihadapan para bangsawan seperti orang kehilangan akal.

"Helena, putriku sadarlah."

"Apa?"

Helena menoleh dan tersenyum menyakitkan. "Aku sadar, aku sangat sadar ayah! Aku Sempurna pada malam ini....aku--"

Plak...!

Bunyi tamparan keras, menggema membuat diam seluruh isi ruangan. Hening seketika. Helena, dengan tangan bergetar menyentuh pipinya yang ditampar, perlahan denyut rasa sakit memenuhi pipi bagian kanannya.

Sebuah tawa kecil yang terdengar seperti tangisan memenuhi seisi ruangan.

"Ah...ayah, bukankah kau selalu bilang padaku? Aku harus menjadi putri yang sempurna untuk kehormatanmu ayah?"

Helena terkekeh. "Lantas kenapa ayah menampar ku?"

"Dasar anak tidak tahu tempat!"

Plak...!

Dihadapan para tamu yang hadir, Helena hanya bisa menelan ludah kala mendengar orang-orang mulai berbisik-bisik tentang dirinya.

"Bagaimana bisa...ayah...menampar ku sepeti itu? Dihadapan putra mahkota?"

Helena tersenyum dan menoleh kearah Hansel yang membelalakkan mata sama seperti yang lainnya. Namun, jauh dibelakang kerumunan, Lucian menatap mata hijau tosca itu dalam diam.

Sesuatu bergemuruh dalam dirinya.

Dia tidak pernah seperti ini sebelumnya...

Siapa yang mencampur sesuatu pada minuman nya tadi?

The Vermilion Primrose [END]Where stories live. Discover now