12. Penglihatan Sienna

30.5K 4.5K 58
                                    


"Kertas yang sebenarnya tidak ada, kalian hanya menjebak dan mencoba untuk menguji kami."

Lucian menatap panitia itu yang tersenyum, ia lalu menjetikan jarinya sehingga kertas-kertas itu terbang dan tersusun rapi diatas meja. Semua peserta melongo tak percaya. Sungguh mereka tak mengira ini hanya kertas kosong tak bertulis.

"Benar, itu hanya kertas kosong, ketajaman mata mu tak main-main rupanya. Ujian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kalian dapat mempertajam Indra penglihatan kalian. Tuan Lucian, selamat, anda lulus dalam tahap ini."

Annika yang melihatnya sontak melompat layaknya anak kecil yang mendapatkan hadiah fantastis. Lucian yang melihatnya tertawa kecil. Lalu segera mempersiapkan diri untuk tahap ujian kedua. Pengendalian terhadap mana.
Ujian ini ada tiga tahap, dan mereka baru memasuki tahap kedua. Seluruh peserta mulai memperhatikan dirinya layaknya musuh yang harus diperhatikan Agar tidak salah dalam mengambil langkah.

"Bagus Ian!!!"

"Ini semua berkat Jean."

Jean tersenyum lalu mensejajarkan tingginya dengan Lucian. "Bukan, ini berkat kerja keras mu selama dua bulan kesempatan terakhir kita, tidak mudah mempelajari sesuatu hanya dalam waktu sesingkat itu. Tapi kau berhasil tuan Lucian."

"Nah, semangat untuk tahap kedua!!!"

Satu demi satu peserta mulai mengeluarkan mana mereka masing-masing tak terkecuali Lucian yang terus mendapat perhatian. Entah apa yang mereka inginkan, lelaki bernetra merah itu tetap fokus pada satu titik nya.

"Api, bukan sembarang orang bisa mengendalikan nya. Tidak seperti air atau benda lainnya. Api Membutuhkan perhatian yang tinggi, jika kalian salah melakukan nya, maka tidak ada pilihan lain selain mendiskualifikasi kan peserta tersebut."

Ujian terus berlanjut, pengendalian mana terhadap empat elemen alam. Peringkat pertama, diduduki oleh anak didik dari Vallerius's house. Peringkat kedua, oleh Lucian. Dan ketiga diduduki oleh seorang peserta dari kota. Lima orang peserta didiskualifikasi seketika, meninggalkan 10 peserta yang tersisa, tahap ketiga, satu lawan satu, mereka akan saling bertarung.

"Annika, Vallerius's house itu apa?" Lucian menatap Annika yang sibuk memakan dessert nya. Yang ditanya mendongak serta berpikir keras. Merasa tak asing dengan nama tersebut. Bagaimana tak asing? Ada satu halaman dari dalam novel [The Vermilion Primrose] yang menjelaskan tentang Vallerius's house ini. Kenapa aku bisa lupa?

"Kalau tidak salah, Vallerius's house adalah suatu lembaga sihir milik keluarga Duke Vallerius. Mereka biasa menampung anak-anak berbakat seperti mu. Kenapa?"

"Kau tau dia?"

"Hmm?"

Lucian menunjuk seorang gadis dengan tatapan setajam elang. Gadis berambut merah keoranyenan yang tak menyadari tatapan mereka berdua, hanya sibuk dengan buku didepannya .

"Kau suka?"

"Eh?" Lucian sontak menatap Annika horor, tak menduga hal tersebut diucapkan langsung oleh gadis bernetra ungu itu. "S..suka? Tidak!"

"Hehe, aku hanya bercanda, apa dia anak dari sana?"

"Mungkin..."

"Kalau begitu, kau bisa mengajaknya berkenalan dan mendapat teman baru nantinya:)"

"Apa kau yakin?"

The Vermilion Primrose [END]Where stories live. Discover now