41. Annika's Debutante (I)

18.3K 2.9K 98
                                    

"Cari tahu apa yang akan Duke lakukan akhir-akhir ini..."

Helena diam menatap kosong bangku didepannya, 1 jam berlalu dan dia masih belum beranjak dari tempat itu, membiarkan Silvi, kudanya mendengus kesal dan memakan rumput secara asal-asalan.

"Ayahmu, akan selamat jika kau mau melakukan hal ini...."

Nafas Helena tertekan pada saat bersamaan.

'apa aku bisa mempercayai nya?'

Meski begitu.

"Asal kau tahu, aku mencari tahu wine apa yang kau minum berbeda dengan wine yang biasa diberikan untuk upacara kedewasaan."

"...apa...apa maksud tuan...?"

"Itu adalah wine yang biasa digunakan untuk membuka mulut para pelaku kejahatan..."

Dia tidak tahu, rasanya dia benar-benar ingin menangis saat ini. Hujan kian menjadi rintik dan perlahan menghilang menyisakan senja dengan warna hitam awal kelabu.

"Jika kau mau bekerja sama, aku akan dengan senang hati membantumu..."

Helena tidak pernah mempercayai seseorang selain ayahnya dan juga Viscount Ellya, Jeremy yang telah mengenal dirinya dari dulu. Dia membutuhkan waktu untuk mengenal seseorang dengan baik.

Tapi, mendengar dan melihat bagaimana Lucian menunjukan masa depan dengan sihir nya membuatnya tidak bisa berkutik.

'aku tidak ingin hidup sebagai pendosa...'

Ia beranjak dari gazebo itu dan berjalan gontai kearah kudanya. Memacunya keluar dari hutan, menuju kediaman Duke Adelio.

"Darimana saja?"

Duke menatapnya dingin, Helena menarik nafas dan menundukkan kepalanya. "Maaf, ayah."

Dibelakang nya ada Viscount yang tersenyum menatap kearahnya, Helena membalas dengan senyuman samar dan segera berlalu dari mereka.

Helena menatap kamarnya kosong lagi, dan terduduk lemas dibelakang pintu yang tertutup.

Memeluk kedua lututnya erat dan mulai terisak-isak.

Sementara dimeja kamarnya, satu surat berwarna ungu lavender dengan lambang keluarga Marquis Raihanna terlihat, dengan tujuan dikhususkan kepadanya.

***

"Duke, aku melihat putri mu keluar selama tiga jam, dan pulang kembali ketika senja menjemput."

"Yah, kau benar, aku sebagai ayahnya tidak mengerti dengan sikap nya."

"Duke..."

Jeremy tersenyum dan mengangkat gelas wine nya, menatap Duke yang terlihat hampa dengan botol-botol wine mengelilingi ruangan. Pukul 11 malam, waktu yang tepat memang untuk saling mengutarakan pendapat masing-masing.

"Aku sudah menyusun rencana luar biasa untuk Marquis dan keluarga nya."

Undangan yang ada dikamar Helena, tentu undangan palsu.

***

Tiga hari berlalu, Annika, yang masih terlelap dalam tidur indahnya dibangunkan secara tiba-tiba oleh para pelayan dengan wajah bersemangat.

"Nona!!! Bangun! Ini sudah pagi!"

"....lima menit lagi."

"Tidak ada lima menit, anda harus mengalahkan para wanita yang hadir sebagai tamu hari ini!!!"

The Vermilion Primrose [END]Where stories live. Discover now