14. Spring For Us

28.2K 4.3K 107
                                    

"Kau tau alasan ku menunjukkan ini padamu?"

Annika masih memandang bintang bertanya. "Apa?"

"Karena disetiap tahun... Hanya langit yang memberikan hadiah indah seperti ini dimalam ulang tahunku..."

"Ulang tahun?" Annika tersenyum simpul.

"nona? Kenapa memanggil kami malam-malam begini?" Nana dan maggie mengucek matanya seraya mempertahankan kesadaran yang tersisa dihadapan Annika yang juga mengantuk.

"Sebenarnya, aku juga mengantuk... Tapi...ini menyangkut Ian."

Maggie, yang kebetulan pelayan pribadinya  langsung merespon. "Tuan Lucian?" Annika menoleh, dan mengangguk seraya menatap mereka berdua dengan hangat.

"Besok...."

***

Pagi telah menyapa, mentari mulai menampakkan diri di ufuk timur sana, burung-burung berkicauan dengan merdunya. Salju-salju putih telah menyelesaikan tugas nya, kini giliran rerumputan hijau dan hamparan bunga yang menghiasi awal musim semi tahun ini. Annika menatap jendela kamarnya seperti biasa, lalu melakukan olahraga kecil.

"Welcome spring... please give us happiness in this beautiful spring." Bibirnya mengukir senyuman hangat.

"Selamat pagi nona, apa anda tidur dengan baik?" Nana datang dengan senyuman merekah khas yang biasa ia tampilkan pada gadis itu. "Selamat pagi untuk Nana juga, aku tidur dengan nyenyak. Nana?"

"Hahaha, tentu saja, meski mata saya sedikit mengantuk tapi saya tidak sabar menyambut pagi yang indah ini!" Nana tersenyum ceria. "Oh, dan saya harus mempersiapkan anda sebaik mungkin!"

"Untuk?"

"Karena kita akan menyambut tamu spesial! Oh, dan tentunya kita juga bisa mengadakan pesta kecil-kecilan untuk tuan Lucian setelahnya:)"

Annika menghela nafas. "Aku akan menemui ibu setelah memberi kejutan pada Ian. Nana." Keputusan Annika sudah bulat sejak tadi malam, apapun yang terjadi, ini ulang tahun pertama nya, dan juga tahun terakhir masa anak-anak nya. "Tolong persiap kan aku, Nana...."

***

"Sudah selesai, nona kini secantik Cinderella..."

Cinderella? Aku?

Oh, jangan ditanya, dizaman (dalam novel.) ini selain kereta api yang mustahil ada, juga ada dongeng-dongeng putri dan pangeran berkuda putih. Bahkan Romeo dan Juliet juga ada. Mendengar nama mengucapkan kata Cinderella yang mirip denganku membuatku terkekeh geli. Itu hal yang tidak mungkin.

"Nana pernah bertemu Cinderella?"

"Tidak, tapi saya yakin, anda adalah Cinderella dengan sepatu kaca yang akan menikah dengan pangeran yang tampan."

"Itu tidak akan terjadi..."

Tujuan ku disini bukan untuk menikah apalagi menjalin hubungan dengan pangeran Hans yang akan bersanding dengan Helena. Melainkan bertahan hidup dengan menjadikan Carlos sebagai heroin untuk tokoh antagonis figuran sepertiku. Ya, itulah tujuanku.

"Apa tempat nya sudah siap?"

"Tentu..."

"Ian?"

The Vermilion Primrose [END]Where stories live. Discover now