Page 116.

980 120 21
                                    

"Hyeong, kau bisa mendengar suaraku?" pertanyaan yang sama kembali terucap oleh orang yang berbeda. Dan kali ini pertanyaan itu diucapkan oleh Jooheon.

"Hyeong, bisa kau menggerakkan tanganmu? Sedikit saja, bisakah kau melakukannya?"

Ketiga orang di ruangan itu menunggu dengan cemas. Namun seperti sebelumnya, Daehyun sama sekali tak merespon dengan apapun yang mereka lakukannya. Hanya kelopak mata yang beberapa kali sempat berkedip dengan lemah.

Jooheon kembali menegakkan tubuhnya dan bertemu pandang dengan Kihyun. Jooheon memberikan isyarat agar Kihyun keluar mengikutinya. Dan setelah kepergian kedua dokter itu, Youngjae mendekati Daehyun. Berdiri di samping kepala Daehyun agar sang kakak bisa melihat wajahnya.

Youngjae lantas menegur dengan suara yang lembut, "kau mengenaliku, Hyeong?"

Daehyun menghindari kontak mata dengan Youngjae. Dan setelahnya Youngjae meraih telapak tangan Daehyun lalu menggenggamnya dengan lembut. Pandangan sang Pengacara lantas terjatuh pada tangan yang ia genggam saat ini.

"Kau harus baik-baik saja. Mulai hari ini ... aku akan mendengarkanmu. Oleh sebab itu kau harus baik-baik saja."

Bahu Youngjae berguncang pelan. Sebuah isakan perlahan keluar dari mulut si Pengacara. Untuk kali ke dua dalam hidupnya dia menangis di hadapan Daehyun. Kedua lutut Youngjae lantas terjatuh ke lantai. Tangan yang ia genggam kemudian ia satukan dengan keningnya.

Sementara Daehyun sama sekali tidak memberikan respon meski Youngjae menangis di sebelahnya. Tatapan kosong itu tak menunjukkan perasaan apapun. Dan kondisi seperti ini terus berlanjut hingga hari baru kembali dijalani oleh semua kehidupan.

Pagi-pagi sekali, ibu Youngjae datang ke rumah sakit setelah mendapatkan kabar bahwa Daehyun sudah sadar. Namun sayangnya Daehyun tak menunjukkan perkembangan apapun sejak semalam. Tak peduli berapa banyak orang yang berusaha berbicara dengannya, ia hanya akan tetap diam dengan kedua mata yang terkadang berair.

Tapi setidaknya Daehyun memberikan kabar baik bagi keluarganya. Tidak seperti Taehyung yang masih sama dengan keadaan kemarin. Pagi itu hanya ada Boyoung di sana karena setelah menjemput Hoseok semalam, Seokjin tidak kembali ke rumah sakit.

Boyoung sejenak memandang pintu sebelum kembali pada Taehyung. Ia kemudian meraih tangan lemah Taehyung dan menggenggamnya dengan lembut.

Wanita itu kemudian berbicara dengan suara yang lembut, "Taehyung, apakah kau mendengar ibu? Kami bersalah padamu, kami seharusnya meminta maaf padamu. Ibu ... ibu mendengar bahwa kau ingin pulang bersama Jung Ssaem. Ibu minta maaf karena membiarkanmu pergi bersama Seokjin Hyeong. Kau ... pasti sangat terluka."

Boyoung berhenti sejenak untuk menghela napas singkat yang terdengar berat. Sebagai seorang ibu, Boyoung merasa telah menjadi orang yang paling bersalah karena hal ini. Dia sudah mengetahui bahwa Taehyung ingin pulang ke rumah Daehyun. Namun ia tak mencoba untuk menghentikan Seokjin ketika putra sulungnya itu membawa Taehyung pergi.

Dengan satu tangan yang terbebas mengusap wajah Taehyung, Boyoung kembali berbicara, "ibu dengar bahwa Jung Ssaem sudah sadar. Maka dari itu kau tidak perlu khawatir ... ibu berjanji, ibu akan membawa Jung Ssaem padamu jika kau bangun. Oleh sebab itu, bukalah matamu dan izinkan ibu meminta maaf padamu ... kau ingin pulang ke rumah Jung Ssaem, bukan? Ibu akan mengantarmu ke sana, jadi kau harus tetap baik-baik saja. Kau mengerti? Ibu benar-benar minta maaf."

"Eomma."

Batin Boyoung tersentak. Segera ia turunkan tangannya dan menoleh ke pintu. Terkejut ketika melihat Seokjin sudah berada di sana ketika ia tidak mendengar seseorang membuka pintu sebelumnya.

GOODBYE DAYS [Spring Version]Where stories live. Discover now