Page 53.

1.1K 148 2
                                    

Seokjin masuk ke Ruang Rawat di mana Taehyung yang masih berada dalam pengaruh obat biusnya. Pria dewasa itu lantas menghampiri sang adik setelah sebelumnya menutup pintu ruangan.

Berdiri di sisi ranjang, tatapan prihatinnya terarah pada sosok adik kecilnya yang bernasib malang. Dia kemudian melangkah semakin dekat hingga tak ada lagi jarak di antara keduanya.

Perlahan dia mencondongkan tubuhnya ke arah Taehyung, di tangkupnya wajah kurus tersebut menggunakan satu tangannya. Pandangannya tak sedikitpun terlepas dari wajah yang sedikit memucat di hadapannya kini.

"Maafkan kakakmu ini yang tidak bisa menjagamu, maafkan kakakmu ini yang selalu memarahimu," monolognya di saat semua harapannya tertutupi oleh penyesalannya akan nasib si bungsu.

"kau harus kuat, adik Kim Seokjin tidak boleh menjadi anak yang lemah. Kau harus lebih kuat dari kakakmu yang bodoh ini, kau mengertikan?"

Di akhiri dengan helaan napas panjangnya yang terdengar begitu berat, dia sekilas mendongakkan wajahnya guna menahan air mata yang terus berdesakan di pelupuk matanya. Namun di bandingkan dengan menunjukkan air matanya, sang kakak lebih memilih untuk menunjuk senyumnya, meski senyuman itu terlihat begitu memaksakan diri sekalipun.

"Jangan menghukum kakakmu seperti ini, kau adalah Kim Taehyung. Kim Taehyung yang selalu membuat Kim Seokjin memiliki hari yang baik, maka dari itu, tetaplah menjadi seperti itu apapun terjadi."

Getar ponsel di saku jasnya berhasil menginterupsinya, dia pun kembali menegakkan tubuhnya dan segera mengeluarkan ponselnya guna melihat siapa yang meneloponnya. Dan setelah melihat nama sang Sekretaris Ayahnya, dia pun segera menerima panggilan tersebut.

"Yobeoseyo." terdiam untuk menunggu respon dari seberang sebelum kembali menyahuti.

"Ada masalah apa?" raut wajahnya menunjukkan perubahan seiring dengan suara ringan seorang wanita yang mengisi pendengarannya.

"Aku sedang berhalangan ke kantor, bicarakanlah hal itu dengan Ayahku."

Seokjin kembali terdiam setelah suara di seberang menyahuti dengan cepat seakan tengah ingin menghentikan ucapannya. Namun kali ini, perkataan si wanita mampu membuatnya memijat keningnya dengan gerakan pelan.

"Baiklah, kalau begitu aku akan segera ke sana. Siapkan semua berkasnya dan antarkan ke ruanganku!"

Sambungan terputus dan pandangan Seokjin langsung terjatuh pada sosok si bungsu yang masih terlelap. Merasa ragu untuk meninggalkan adik kesayangannya sendirian, namun juga tak bisa mengelak dengan urusan Perusahaan di saat sang Ayah tengah menangani urusan di luar.

Sejenak dia terdiam, mencoba memikir solusi terbaik hingga bayangan Daehyun lah yang justru menghampirinya. Mengingatkannya akan hubungan sang Dokter dangan sang adiknya yang cukup dekat, dan mungkin tidak masalah jika ia menitipkan Taehyung pada Daehyun untuk beberapa waktu hingga urusan kantornya selesai. Namun bagaimana ia bisa bertemu dengan Daehyun di saat Dokter muda itu tengah menyibukkan diri bersama Kihyun.

Dia kembali berpikir, bagaimana caranya agar ia bisa berkomunikasi dengan Daehyun. Dan semua terjawab ketika pandangannya menangkap sesuatu yang sangat familiar di atas nakas tepat di seberang ranjang.

Dia bergegas berjalan memutari ranjang dan mendekati nakas. Di sana terdapat sebuah papan kecil beserta beberapa lembar kosong yang terjepit menjadi satu dengan papan kecil yang biasa di bawa oleh Para Medis untuk mencatat kondisi pasien.

Tak pikir panjang lagi, dia segera mengambil papan tersebut beserta penanya dan menuliskan sesuatu di sana agar Daehyun bisa membacanya ketika Dokter muda itu masuk ke sana.

"Tolong jaga adikku sebentar, Daehyun-ssi. Secepatnya aku akan kembali."

Seokjin lantas menaruh kembali papan tersebut dan mengalihkan perhatiannya kepada si bungsu. Dia mencondongkan tubuhnya dengan tangan yang mengusap lembut kening si bungsu.

GOODBYE DAYS [Spring Version]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ