Page 75

1.4K 203 138
                                    

    Keesokan paginya, upacara pemakaman Kyungho di lakukan dengan di hadiri keluarga serta beberapa rekan bisnis dan juga kerabat jauh. Semua berjalan dengan lancar tanpa adanya kendala sedikitpun. Dan setelah upacara pemakaman selesai, semua orang meninggalkan keluarga kecil yang tengah mengantarkan kepergian sang kepala keluarga tersebut.

    Daehyun menjatuhkan satu lutut di samping makam sang ayah. Menatap nama pria yang ia bangga-banggakan kini telah menjadi penghias abadi pada nisan yang telah menancap pada tanah. Sedangkan Youngjae dan Jiyoung berdiri di samping Hoseok yang duduk di kursi roda dan tampak menahan tangisnya.

    Dalam hatinya, si sulung mengucapkan kalimat perpisahan kepada sang ayah. "Ayah, aku berharap kau masih di sini dan mendengarkanku. Tentang malam itu... Aku ingin meminta izin pada ayah untuk melakukan tes DNA pada Hoseok... Aku tidak tahu apakah ini adalah jalan yang benar atau salah. Aku tidak tahu apa yang telah ayah sembunyikan dariku... Jadi, tidak masalah 'kan, jika aku berpura-pura tidak tahu? Aku, sempat ingin membuang Hoseok, aku tahu aku adalah pria brengsek. Aku minta maaf, aku tidak bisa menjadi sekuat ayah."

    Perhatian Daehyun teralihkan oleh suara isakan Hoseok yang terdengar sangat pelan. Di arahkannya tatapan sendunya pada sang adik yang tengah menangis di saat sang ibu tiri tengah mencoba menenangkannya.

    Daehyun kemudian beranjak berdiri dan menghampiri Hoseok, membuat Jiyoung menyingkir ketika ia mengangkat tubuh Hoseok dari kursi roda dan membawanya mendekat ke nisan sang ayah. Perlahan ia menurunkan Hoseok tepat di samping makam ayahnya sedangkan dia kemudian menempatkan diri duduk di belakang sang adik dan memeluk tubuh itu dari belakang.

    "Kau terlalu banyak menangis, maafkan kakakmu ini." sebuah gumaman yang mengalun tepat di samping telinga Hoseok. Membuat anak itu sekuat tenaga menahan tangisnya.

    Youngjae yang ingin memberikan waktu kepada keduanya pun merangkul bahu ibunya dan membimbing wanita cantik itu berjalan menjauh. Meninggalkan kakak-beradik yang tengah mencoba untuk menemukan ketenangan masing-masing.

    Setelah beberapa menit berlalu, Hoseok berhenti menangis. Menyisakan keheningan di saat hembusan angin pun seakan tak tega mengusik keduanya. Dagu yang sebelumnya ia taruh di bahu sang adik pun terangkat. Membawa punggung sang adik untuk bersandar pada tubuhnya.

    "Bagaimana perasaanmu sekarang?"

    Hoseok menggeleng.

    "Jangan menangis lagi, kita para laki-laki harus bersikap lebih keren."

    Hoseok mengangguk.

    "Sekarang, ayah sedang dalam perjalanan ke tempat ibu. Mereka akan bersama-sama melihat kita dari sana... Kita harus membuat mereka bangga dengan memiliki kedua putra hebat mereka. Kau mau melakukannya?"

    Hoseok kembali mengangguk.

    "Kalau begitu... Sekarang katakan sesuatu pada ayah."

    Hoseok terdiam, masih mencoba mengendalikan perasaannya sendiri. Merasa terlalu rapuh untuk berucap.

    "Katakan sesuatu pada ayah kita. Dengan begitu dia akan menyampaikan kabar gembira pada ibu, nantinya."

    Hoseok mengusap kasar wajahnya. Dengan pandangan yang terjatuh pada nisan sang ayah dia pun berucap, "ayah... Pergilah temuilah ibu di sana. Jaga ibu baik-baik... Aku juga akan menjaga Jiyoung Eomma, Youngjae Hyeong juga. Aku juga akan melindungi Daehyun Hyeong... Aku tidak akan menjadi anak yang manja lagi. Aku akan melindungi mereka sehingga ayah dan ibu bisa bahagia di sana. Ingatlah janji ku itu..."

    Sudut bibir Daehyun terangkat dengan lemah. Dia lantas memberikan satu kecupan pada puncak kepala Hoseok dan kembali memeluknya dengan pandangan yang terjatuh pada nisan sang ayah.

GOODBYE DAYS [Spring Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang