Page 25.

1.5K 226 85
                                    

Jemari itu menunjukkan sedikit pergerakan sebagai refleks awal ketika ia kembali mendapatkan kesadaran nya sebelum kelopak mata yang terbuka dengan perlahan, dan tepat saat itu pula dahinya mengernyit secara berlebihan dan membuat mata yang baru saja terbuka itu kembali menyipit.
Dia sedikit bangkit dengan menggunakan kedua sikunya yang bertumpu pada ranjang untuk menahan berat beban tubuh bagian atasnya. Merasa kepalanya sedikit memberat, dia menggeleng ringan dan memeganginya dengan satu tangan.

Dan setelah mampu beradaptasi dengan keadaan tubuhnya pagi itu, dia menurunkan tangan nya dan menatap ke sekeliling. Ruangan asing bernuansa biru muda dan juga putih, dan itu bukanlah kamarnya, bisa di lihatnya gorden putih tipis namun tak transparan mengelilingi ranjangnya dan hanya menyisakan sedikit ruang di sana.

Dia kemudian bangkit dengan sempurna, terduduk di ranjang dengan bahu turun dan tampak tak bersemangat. Dia menggaruk lehernya sebagai respon nya ketika merasa asing dengan tempat nya ketika ia membuka mata, pandangan nya kemudian jatuh pada tangan nya dimana terdapat selang infus yang terhubung dengan punggung tangannya. Dia sekilas mengangkatnya dan menjatuhkan nya kembali dengan helaan napas di pagi hari.

"Dimana ini? Aku tidak sedang berada di Seoul kan?" Gumamnya, takut-takut bahwa perjalanan nya ke Gunung Jiri hanyalah sebuah mimpi panjang nya di saat ia sendiri tengah terbaring di Rumah Sakit.

"Hyeong..." Panggilnya dengan asal, dan jika seandainya semua hanyalah mimpi, dia sudah bersiap untuk mengamuk kakaknya. Dan setelah beberapa detik, seseorang menyibakkan tirai putih di hadapan nya yang seketika membuatnya tertegun.

"S-saem." Gumamnya dengan tatapan yang tak percaya ketika mendapati Daehyun yang berdiri di hadapan nya dan bukan nya Seokjin.

"Kau sudah bangun?"

Taehyung mengangguk akan pertanyaan dengan seulas senyum hangat itu ketika Dokter muda itu berjalan menghampirinya dan duduk di tepi ranjang berhadapan dengan nya.

"Bagaimana perasaan mu?"

"Kesal." Cetus Taehyung, karna dia memang benar-benar merasa kesal karna mengira bahwa dia berada di Seoul. dan jawaban itu sempat membuat sebelah alis Daehyun terangkat ke atas.

"Apa yang membuat mu kesal? Kau tidak bertengkar dengan teman mu bukan?"

Taehyung menggeleng. "Aku, tidak sedang berada di Seoul kan?" Bukan jawaban namun pertanyaan yang terucap dengan tatapan penuh harap lah yang ia sampaikan.

"Kita masih berada di Gunung Jiri." Cetus Daehyun dengan raut wajah yang menampakkan bahwa dia tidak mengerti dengan sikap muridnya tersebut, mungkinkah ini efek dari demam tingginya semalam atau apa. Terlebih ketika pemuda itu menghela napasnya dan tampak lega.

"Kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal itu?"

"Aku kesal karna mengira bahwa Hyeong ku membawa ku ke Rumah Sakit." Gumam Taehyung sembari menjatuhkan pandangan nya ke samping, namun telapak hangat Dokter muda itu kembali mendarat pada puncak kepalanya dan membuatnya mengangkat kembali wajahnya.

"Jika tidak ingin ke Rumah Sakit, ya jangan sakit." Ujarnya dengan senyum hangat yang tak pernah hilang dari sudut bibirnya yang di sertai usakan lembut pada puncak kepala pemuda di hadapan nya sebelum ia menurunkan tangan nya kembali.

"Tapi ini dimana? Apa aku ada di Rumah Sakit? Aku kan tidak sakit."

"Pertama, kau sedang berada di Klinik karna Rumah Sakit jauh dari sini. Yang kedua, semalam kau mengalami demam tinggi. Jadi Ssaem membawa mu kemari." Ujar Daehyun yang sekilas mengangkat tangan nya dan sekilas menempelkan punggung tangan nya pada kening Taehyung.

GOODBYE DAYS [Spring Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang