Page 99

856 135 29
                                    

    Pagi itu Taehyung sudah bersiap pergi sekolah. Meraih ranselnya yang kemudian ia sampirkan di bahu bagian kiri, langkahnya sempat terhenti di dekat pintu. Merasa ragu untuk keluar, terlebih semalam Seokjin melarangnya pergi ke sekolah.

    Menghilangkan keraguannya. Taehyung membuka pintu kamarnya dan menutupnya dari luar tanpa suara. Berjalan menuju tangga, pandangannya mengarah ke sekeliling dan ketika tak mendapati siapapun, pemuda itu segera mempercepat langkahnya seakan ingin menghindari pertemuan dengan orang rumah pagi itu.

    Berjalan menuju pintu keluar, langkah Taehyung sempat berhenti ketika ia mendengar suara orang terbatuk. Pandangan pemuda itu terjatuh ke samping dan menemukan Seokjin tidur di sofa dalam posisi tengkurap dengan satu kaki dan tangan yang menyentuh lantai. Setelah kepergiannya semalam, dini hari tadi pria itu pulang dalam keadaan mabuk dan Taehyung lah orang pertama yang melihat sang kakak pagi itu.

    Netra Taehyung melebar ketika ia menyadari pergerakan kecil dari Seokjin. Dengan segera pemuda itu berjalan cepat menuju pintu keluar dan meninggalkan rumah tanpa di ketahui oleh siapapun.

    Sekitar sepuluh menit setelah kepergian Taehyung, Seokjin mendapatkan kesadarannya kembali. Dan hal pertama yang ia rasakan adalah pusing. Bangkit dari posisi tidurnya, ia sejenak duduk dan memijat keningnya yang di akhiri dengan usapan pada wajahnya.

    Melihat jam di pergelangan tangannya, ia kemudian bangkit dan meraih jasnya sebelum meninggalkan ruang tamu. Tak ingin menemui siapapun terlebih dulu, Seokjin bergegas ke kamarnya untuk membersihkan diri tanpa ada rasa khawatir jika Taehyung sudah pergi karena memang masih terlalu pagi bagi anak itu untuk pergi ke sekolah.

    Membuka pintu kamarnya dengan pelan, langkahnya berjalan masuk sembari memijat pelan keningnya. Menaruh jasnya di gantungan baju yang terletak di dekat pintu, Seokjin melepas jam tangannya sembari berjalan ke tempat tidur dan menaruh jam tangan tersebut di atas nakas.

    Batinnya sedikit tersentak ketika ia teringat akan sesuatu. Perlahan ia menjatuhkan pandangannya ke tempat tidur dan menemukan pemuda asing itu tidur di ranjangnya. Tak heran jika ia tak melihat anak itu ketika masuk, karena keadaan kamar yang cukup gelap.

    Seokjin baru ingat sekarang, jika semalam ia yang menyuruh ibunya untuk mengantarkan Hoseok ke kamarnya. Dan kebingungan itu kembali menghampirinya hingga ia yang memutuskan untuk duduk sejenak di tepi ranjang.

    Tatapan sayu terkesan lelah milik Seokjin terjatuh pada wajah Hoseok yang sedikit tertutupi oleh tangan pemuda itu yang menggenggam ponsel tepat di depan wajahnya.

    Seulas senyum tipis terlihat di wajah lelah Seokjin. Bukan senyuman yang benar-benar ia inginkan, melainkan seulas senyum yang menyatakan bahwa ia belum bisa menerima kenyataan yang bahkan sudah ia ketahui sejak seminggu yang lalu.

    "Kenapa kau tidur dengan memegang ponsel seperti ini?" gumamnya yang kemudian mengambil ponsel di tangan Hoseok dengan hati-hati.

    Seokjin hendak menaruh ponsel Hoseok ke atas nakas, namun ia mengurungkannya dan justru menyalakan layar ponsel pemuda itu. Tatapan sayu Seokjin sedikit menajam ketika ia melihat wallpaper ponsel Hoseok, dimana terdapat potret pemuda itu dengan si Pengacara dan juga Daehyun.

    Hanya karena melihat foto Daehyun saja suasana hati Seokjin dengan cepat kembali memburuk pagi itu. Tanpa sadar rahangnya sedikit mengeras, namun bukannya berhenti dia justru membuka galeri ponsel Hoseok dan menemukan ada begitu banyak foto yang menunjukkan kebersamaan Hoseok dengan Daehyun.

    Seokjin melihat beberapa potret keduanya dan tersenyum tak percaya setelahnya. Dia lantas bergumam, "menjadi kakak yang baik? Pada kenyataannya kau membuang anak ini dengan begitu mudahnya. Kau pikir kau bisa mendapatkan apa yang kau mau?"

GOODBYE DAYS [Spring Version]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora