Page 93 [Keputusan dan Keputusasaan]

888 126 42
                                    

Pagi itu keluarga Jung tengah menikmati sarapan mereka. Masih seperti hari sebelumnya, tak ada kehadiran Daehyun di meja makan. Di tambah dengan raut wajah Youngjae yang lebih dingin dari hari sebelumnya dan membuat suasana pagi itu sedikit canggung.

Hoseok menaruh sendoknya ketika makanan di piringnya belum habis dan menarik perhatian dari dua orang dewasa di sana.

Hoseok berucap, "aku sudah selesai, aku berangkat sekarang."

"Kembali ke tempat dudukmu," tegur Youngjae, tenang namun terkesan tak berperasaan.

Hoseok yang sudah berdiri pun menjatuhkan pandangannya pada Youngjae. "Aku sudah kenyang."

"Kembali ke tempat dudukmu dan habiskan sarapanmu. Setelah ini aku akan mengantarmu."

"Aku akan berangkat naik Bus saja."

"Kau ingin menjadi pembangkang?"

Jiyoung yang duduk di samping Hoseok, meraih tangan pemuda itu. "Duduklah dan habiskan sarapanku."

Hoseok memalingkan wajahnya dan kembali ke tempat duduk. Bukannya melanjutkan sarapannya, Hoseok hanya berdiam diri menunggu sampai Youngjae menyelesaikan sarapannya. Namun sikapnya yang seperti itu justru berhasil menarik perhatian Youngjae.

Youngjae menaruh sendok di tangannya dan menghentikan acara sarapan mereka. Dia memandang Hoseok dan berucap, "kenapa kau tidak makan?"

"Aku sudah kenyang."

"Hanya dengan dua sendok nasi?"

Hoseok diam, dia tahu bahwa Youngjae saat ini tengah memarahinya. Namun ia tidak tahu kesalahan apa yang sudah ia perbuat.

"Aku bekerja keras untuk keluarga ini. Setiap makanan di hasilkan dari kerja keras ... kenapa kau menyia-nyiakannya begitu saja?"

"Hyeong tidak marah padaku, kenapa harus melampiaskannya padaku?"

Jiyoung serba salah. Ia mengusap lengan Hoseok untuk menenangkan pemuda itu. "Hoseok, sudah ..."

"Hyeong marah pada Daehyun ... jangan melampiaskannya padaku."

"Kenapa aku harus marah pada kakakmu?"

Hoseok terdiam, semua terdiam. Dan itu berlaku untuk beberapa detik selanjutnya hingga Youngjae yang kembali memulai.

"Tidak bisa menjawab?"

"Jangan membohongiku, aku tahu Daehyun Hyeong tidak pergi karena urusan bisnis." Hoseok meraih ranselnya dan segera pergi, "aku berangkat."

"Hoseok ... biar kakakmu yang mengantar," tegur Jiyoung.

"Biarkan dia pergi," sahut Youngjae.

"Tapi kakinya masih sakit, bagaimana jika terjadi sesuatu pada adikmu?"

"Dia laki-laki, dia harus bisa mengatasi hal itu."

"Youngjae ... sebenarnya apa yang terjadi di antara kalian?"

"Apa maksud Ibu?"

"Kau dan Daehyun. Di mana Daehyun sekarang? Ini sudah satu minggu tapi dia tidak pernah memberi kabar."

"Dia akan pulang jika dia menginginkannya. Aku pergi sekarang." Youngjae beranjak berdiri, begitupun dengan Jiyoung.

"Berhati-hatilah di jalan."

"Jika Daehyun pulang, segera hubungi aku."

Youngjae lantas meninggalkan kediamannya dan menyusul Hoseok yang belum jauh dari rumah. Youngjae sengaja memelankan laju mobilnya untuk sejenak memperhatikan adik tirinya yang berjalan sedikit pincang. Ada perasaan bersalah setiap kali ia melihat Hoseok, terlebih setelah mengetahui bahwa pemuda itu tahu bahwa kakaknya tidak pergi untuk pekerjaan.

GOODBYE DAYS [Spring Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang