Page 26.

1.5K 225 50
                                    

Lewat tengah hari, nyatanya perkataan Sungjae bagaikan sebuah kutukan yang benar-benar terjadi pada Taehyung. Karna di saat teman-teman satu angkatan nya tengah melakukan kegiatan mereka, dia sendiri justru harus terkurung di dalam klinik tersebut, meski dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa tubuhnya masih sedikit lemas. Namun keinginan nya untuk keluar dari sana lebih besar dari apapun.

Sungguh, dia bukanlah orang yang bisa berdiam lama di Rumah Sakit. Meski itu hanya sebuah klinik namun tak ada bedanya baginya, karna keduanya sama-sama tempat untuk menampung orang sakit. Dan karna penolakan Daehyun pagi tadi, hingga sekarang Taehyung tak berani untuk merengek mengingat itu adalah gurunya dan bukan kakak nya.

Dan entah sudah berapa lama Daehyun duduk di kursi tepat di samping ranjang nya dengan sebuah buku di tangan nya dan sebuah kacamata yang bertengger di hidung nya, Taehyung pun baru tahu fakta bahwa ternyata Daehyun memiliki masalah pada matanya. Sedangkan yang ia lakukan sekarang adalah duduk bersandar di atas ranjang sembari bermain ponsel dan tentu saja itu bukan milik nya, karna ponsel milik nya masih berada di penginapan.

Daehyun meminjamkan ponselnya kepada murid didik nya tersebut untuk sekedar penghilang kebosanan, karna dia tahu Taehyung pasti bosan berada di sana. Dan kebosanan itu kembali menyerang pemuda itu yang kemudian sedikit mencuri pandang ke arah gurunya yang masih menekuni bacaan nya.

Tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya berhenti memainkan ponsel di tangan nya dan menaruh nya ke pangkuan nya sebelum menjatuhkan pandangan nya pada Daehyun.

"Ssaem." Panggilan yang membuat Daehyun mengalihkan perhatian nya.

"Ada apa?"

Taehyung menggaruk lehernya sebelum kembali berucap. "Bukankah jika aku berada di sini, itu hanya akan membuang-buang uang? Bagaimana jika kita kembali ke penginapan sekarang?" Ujarnya takut-takut.

"Ssaem mendapatkan harga miring di sini."

"Ye?" Terdapat kebingungan di wajah Taehyung yang kemudian membuat Daehyun tersenyum lebar.

"Ssaem seorang Dokter, Ssaem hanya membutuhkan fasilitas untuk menjadi Dokter sungguhan."

Penjelasan yang justru membuat kedua alis Taehyung saling bertahutan, belum memahami arti dari kata 'Mendapatkan harga miring', sejak kapan Rumah Sakit memberikan fasilitas harga miring? Kiranya itulah yang ia pikirkan saat ini hingga perhatian nya teralihkan oleh Daehyun yang menutup bukunya dan menaruhnya di atas nakas.

"Kenapa kau ingin kembali ke penginapan? Ingin mendaki lagi?"

Sebuah cengiran kecil yang tiba-tiba menghiasi wajahnya, rupanya Guru nya tersebut sudah mengetahui apa yang ada dalam pikiran nya. Dia memang ingin mendaki, namun dengan keadaan nya yang sekarang jangankan mendaki. Berlari saja pasti tidak sampai sepuluh meter.

"Lupakan tentang mendaki, atau Ssaem akan menghubungi kakak mu."

"Jangan, jangan." Sergah Taehyung yang refleks menggerakkan tangan nya di depan dada sebagai isyarat agar Daehyun tak melakukan nya.

"Lagi pula kan aku hanya mendaki anak tangga, bukan nya Gunung yang asli. Aku ingin mendaki, tapi tidak sekarang." Ralatnya dengan terburu-buru, seakan nama Seokjin adalah hantu yang paling mengerikan baginya saat ini. Dan reaksi kekanak-kanakan anak rumahan yang dia tunjukkan nya kembali mengundang tawa ringan Daehyun.

"Tenang saja, Ssaem bisa menjaga rahasia." Mendengar candaan Daehyun, Taehyung hanya bisa tersenyum canggung.

"Kau ingin makan sesuatu?" Tanya Daehyun kemudian dan di balas gelengan oleh Taehyung.

GOODBYE DAYS [Spring Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang