Page 95

811 114 33
                                    

    Kegelapan menghilang, Daehyun yang sejak semalam tertidur di samping pintu kamar mandi perlahan mulai mendapatkan kesadarannya. Setelah sempat membujuk Hoseok agar anak itu keluar dari kamar mandi, hanya kegagalan yang ia dapatkan.

    Mengusap singkat kedua matanya. Daehyun beranjak berdiri dan kembali mencoba membuka pintu kamar mandi, namun tetap saja tak bisa di buka. Dia kemudian beralih mengetuk pintu itu dengan pelan.

    "Hoseok, buka pintunya."

    Hoseok tak memberi respon meski pemuda itu telah mendapatkan kembali kesadarannya dan duduk di lantai tepat di samping pintu. Tak ada tangis yang tersisa, hanya ada rasa sakit yang tak mungkin bisa di obati oleh paramedis.

    Daehyun kemudian beralih memeriksa laci di samping tempat tidur untuk mencari kunci cadangan. Dan setelah sempat membuka beberapa laci, dia menemukan barang yang ia cara.

    Kembali mendekati pintu, Daehyun lantas memasukkan kunci di tangannya pada lubang kunci pintu kamar mandi dan membuat kunci yang berada di bagian dalam jatuh ke lantai. Sejenak menarik perhatian Hoseok sebelum pemuda itu memalingkan wajahnya saat pintu di sampingnya terbuka.

    Daehyun masuk. Tanpa menutup pintu ia berdiri di hadapan Hoseok lalu menjatuhkan satu lututnya. Memperhatikan pemuda yang baru semalam ia hancurkan hatinya hanya karena pernyataan kecilnya.

    "Sampai kapan kau akan duduk di sini? Kau bisa sakit."

    Hoseok tak merespon, dan bahkan tak memandang Daehyun sama sekali meski Daehyun mendapatkan satu tangannya.

    Daehyun menggenggam lembut telapak tangan Hoseok menggunakan kedua tangannya. Mencoba memberikan pengertian pada pemuda itu.

    "Aku minta maaf. Aku tahu bahwa aku sudah melukaimu ... tapi, aku mohon padamu. Pikirkanlah sekali lagi ... tidak ada orang yang ingin membuangmu."

    Hoseok perlahan memandang lawan bicaranya dan berucap, "kenapa bisa seperti ini?"

    "Aku tidak tahu jawaban apa yang benar."

    "Tidak bisakah aku tetap tinggal di sini. Meski aku ... bukanlah adik Daehyun Hyeong?"

    "Aku minta maaf."

    Hoseok langsung menarik tangannya dan kembali merapatkan kedua lutut pada tubuhnya. "Bagaimana, bagaimana jika mereka tidak menerimaku? Bagaimana jika mereka membuangku lagi? Aku harus hidup dengan siapa?"

    Daehyun menggeleng pelan. "Jangan berpikir sejauh itu. Akan kupastikan bahwa kau bisa hidup bersama mereka dengan baik ... aku berjanji padamu."

    "Tidak bisakah aku saja yang jadi adik Hyeong? Jika dengan sakit keras bisa membuatku tetap menjadi adik Hyeong, aku akan dengan suka rela menerimanya."

    "Jangan lakukan itu, jangan berbicara seperti itu ... aku menyayangimu dan akan seperti itu di manapun kau tinggal. Tetaplah hidup dengan sehat."

    "Aku tidak mau pergi dari sini, apa salahku?" suara Hoseok sedikit meninggi.

    "Kau tidak melakukan kesalahan apapun. Kamilah yang salah, kamilah yang sudah melakukan kesalahan."

    "Untuk itu jangan mengorbankan aku!" Hoseok mengusap kasar wajahnya ketika air mata itu kembali membasahi wajahnya. Dia lantas berujar dengan lirih, "jika aku bersalah, aku akan minta maaf. Hyeong bisa menghukumku, bukannya seperti ini ..."

    Daehyun mendekat dan memeluk Hoseok. Bagaimanapun juga ia turut membesarkan Hoseok, dan perasaan berat untuk melepaskan itu pasti ada. Namun ia tak memiliki pilihan lain karena hanya itulah jalan satu-satunya agar ia bisa membawa Taehyung pulang.

GOODBYE DAYS [Spring Version]Where stories live. Discover now