[4]TRAVMA

42.4K 3.8K 118
                                    

WARNING!! JANGAN DI LEWATKAN SEBELUM MEMBACA!!

Buat kalian yang suka membandingkan karya orang dengan karya orang lain tanpa mau tahu bagaimana isi dan alurnya terlebih dahulu plis stop! Dengan begitu kalian mematahkan semangat kita yang awal nya menggebu menjadi down.

*Cerita nya sama ih sama cerita ini.
*Alur nya kok sama sih sama cerita ini.
*Cerita nya terlalu pasaran.

SAMPAH! Belum baca aja udah anggap cerita ini sama dengan cerita lain. Kalian gak akan pernah tahu gimana susah nya balikin mood buat nulis dan lanjutin cerita ini lagi.

Saya tidak melarang kalian buat kritik cerita ini tapi tolong, jangan bandingkan cerita ini sama dengan cerita orang lain yang alurnya belum tentu sama. Baca dulu bagaimana isinya bagaimana alurnya jangan langsung beranggapan cerita ini sama dengan cerita orang lain jika kalian hanya membaca potongan dari cerita ini!!

TOLONG DI MENGERTI🙏

*****

Selepas pulang sekolah Stella mengajak Tasya berjalan-jalan ke mall dengan Farel yang menjadi bodyguard nya. Awalnya Farel melarang Stella untuk pergi ke mall namun keras kepala Stella membuat Farel harus mengalah.

"Stella jalannya pelan-pelan entar lo kecapek an," peringat Farel.

"Eh disana ada diskon tuh, kesana yuk Sya!"

Tanpa memperdulikan peringatan Farel, Stella menarik tangan Tasya ke sebuah toko yang sedang mengadakan diskon besar-besaran. Meskipun Stella anak orang kaya ia masih suka barang diskonan.

Mata Stella dan Tasya berbinar ketika melihat banyak barang bagus yang sedang diskon. Kini Stella dan Tasya sibuk mencari barang incaran mereka tanpa memperdulikan keberadaan Farel.

"Dasar kaum hawa," cibir Farel menggeleng-geleng kan kepalanya.

"Farel sini!" panggil Stella.

Farel yang berdiam diri di depan pintu toko melangkah mendekat ke arah Stella.

"Kenapa Stell?"

"Pegangin belanjaan gue," Stella memberikan semua paper bag yang ada di tangannya ke Farel.

"Ya Allah Stell belanjaan lo udah banyak banget lho ini."

"Mumpung lagi diskon," ujar Stella setelah itu melanjutkan mencari barang diskonan.

"Jangan capek-capek!" peringat Farel saat melihat semangat Stella yang 86.

*****

"Kalian mau yang mana sih!" geram Farel.

Sejak 15 menit yang lalu mereka hanya berdiri di depan toko es krim tanpa mengucapkan rasa apa yang Tasya dan Stella mau. Farel selalu bertanya-tanya, kenapa wanita selalu saja lama jika di suruh memilih sesuatu.

"Bentar napa, butuh konsentrasi yang penuh untuk memilih rasa apa yang cocok buat lidah gue." Sewot Stella.

"Gaya lo kayak chef Renata aja, kalau masih makan daun singkong jangan sok keras."

"Dih enak aja!"

Farel hanya terkekeh lalu mengacak puncak kepala Stella sedangkan Tasya hanya menatap mereka nanar. Tasya ada di sebalah Farel namun sekali pun Farel tidak melihat ke arahnya. Bahkan sejak tadi yang Farel khawatir kan itu hanya Stella.

"Rel, lihat aku, aku juga ada di samping kamu." Lirih Tasya dalam hati.

"Kamu mau rasa apa Sya?"

Tasya tersenyum ketika Farel melihat kearah nya dan menanyakan nya juga. Ia pikir Farel lupa kalau Tasya juga ada di sampingnya.

"Aku vanila,"

"Vanila!"

Jawaban Tasya dan Stella kompak membuat Farel menatap mereka bergantian.

"Kompak ya kalian," Farel menggeleng-geleng kan kepalanya.

"Rasa vanila dua ya bang," ujar Farel kepada sang penjual.

"Maaf mas rasa itu hanya tinggal satu."

"Ya... tinggal satu, gimana dong?" bingung Farel.

"Gue mau nya vanila Rel," Stella merajuk tetap ingin rasa itu.

Farel menghela nafasnya pelan, ia menatap Tasya dengan rasa bersalah.

"Kamu pilih rasa lain gapapa kan Sya?" tanya Farel.

"T-tapi itu rasa favorit aku Rel," ujar Tasya.

"Sekali ini aja kamu ngalah buat Stella ya?" mohon Farel.

Dengan berat hati Tasya mengangguk kecil. Tidak apa lah jika ia tidak mendapatkan es krim vanila nya, mungkin Stella sangat ingin memakan es krim rasa vanila itu.

Farel tersenyum lalu mengelus puncak kepala Tasya. Farel bersyukur karena Tasya mau mengalah untuk Stella.

"Jadi kamu mau rasa apa?" tanya Farel.

"Terserah kamu aja,"

"Kok terserah aku sih Sya, kalau kamu gak suka gimana?"

"Aku bakal suka apa yang kamu pilih."

*****

Sekarang Tasya, Farel dan Stella duduk di salah satu bangku di mall itu dengan menikmati es krim yang sudah mereka beli tadi. Stella makan dengan khidmad sampai es krim yang ia makan belepotan ke bibir.

Farel yang melihat itu langsung mengambil tisu dan mengelap bibir Stella.

"Makan nya pelan-pelan Stella gak usah kayak anak kecil gini," ujar Farel mengelap sisa es krim yang ada di bibir Stella.

Melihat perlakuan Farel yang mengelap bibir Stella membuat Tasya ingin melakukan nya juga. Dengan sengaja Tasya makan es krim sampai belepotan di bibir nya agar Farel juga membersihkan nya.

Farel melihat ke arah Tasya yang makan es krim juga belepotan. Tasya tersenyum saat Farel mengambil tisu dan mengarahkan nya ke Tasya.

"Bibir kamu ada bekas es krimnya tuh," tunjuk Farel dan memberikan tisu untuk Tasya membersihkan nya sendiri.

Senyum di bibir Tasya langsung luntur seketika. Tasya pikir Farel akan membantu dirinya membersihkan sisa es krim di bibir nya seperti yang ia lakukan kepada Stella, namun harapan nya hancur ketika Farel hanya menyodorkan Tasya sebuah tisu.

Tasya mengambil tisu dari tangan Farel lalu mengelap bibir nya sendiri tanpa bantuan Farel.

"A-aku ke toilet bentar," izin Tasya langsung melenggang pergi tanpa menunggu jawaban dari Farel maupun Stella.

Tasya pergi ke kamar mandi dengan tergopoh-gopoh. Entah kenapa Tasya ingin menjauh sebentar dari Farel dan juga Stella. Hati nya selalu saja sesak ketika melihat perlakuan Farel untuk Stella.

Tasya berdiri di depan cermin kamar mandi manatap wajahnya yang terlihat kusut. Tanpa sadar air mata Tasya meluruh ke pipinya. Dengan cepat Tasya menghapus kasar air matanya.

"Kenapa lo harus nangis sih Sya? Lo gak boleh cemburu sama Stella. Stella itu sahabat Farel dan Stella ada di hidup Farel jauh sebelum lo ada di hidup Farel!"

Tasya berbicara dengan dirinya sendiri dari cermin untuk menyadarkan kalau ia tidak boleh cemburu dengan Stella. Tanpa sadar ada seseorang yang mengamati Tasya di belakang nya dengan senyum smirk.

"Kalau mau nangis, nangis aja kali. Lo kan cengeng."

TRAVMA (Segera Terbit)Where stories live. Discover now