[9]TRAVMA

38.5K 3.3K 83
                                    

Hari ini Tasya berangkat sekolah cukup pagi, rambutnya yang panjang di gerai ke depan menutupi pipi bekas tamparan semalam. Tasya berjalan melewati koridor dengan kepala yang menunduk.

Karena terlalu fokus menunduk Tasya sampai menabrak sesuatu entah itu apa. Yang jelas itu membuat kening nya sakit. Tasya mendongak, ternyata ia menabrak dada bidang seseorang. Seseorang itu pun tidak asing di mata Tasya.

"Kamu?" tunjuk Tasya saat melihat pria tidak asing di depannya.

"Kamu gapapa?" tanya pria itu.

Tasya menggelengkan kepala pelan.

"Kamu tukang parkir yang waktu itu tolongin aku cari taxi kan?"

Tasya masih sangat ingat wajah tukang parkir yang waktu itu mencarikan Tasya taxi karena Farel yang terlalu fokus mengkhawatirkan Stella. Kenapa bisa tukang parkir ini ada di sekolahnya, ia pun memakai seragam yang sama dengan dirinya.

Pria itu terkekeh lalu menyodorkan tangannya ke arah Tasya.

"Aku Marsel. Marsel Saputra," pria bernama Marsel itu memperkenalkan dirinya kepada Tasya.

"Tasya," ujar Tasya menerima jabatan tangan Marsel.

Marsel tersenyum senang akhirnya ia mengetahui nama gadis yang waktu itu ia bantu. Saat Marsel menatap wajah cantik Tasya tak sengaja ia melihat pipi Tasya merah seperti bekas tamparan.

"Pipi kamu kenapa?"

Dengan cepat Tasya menutupi pipinya dengan rambut saat Marsel sadar ada bekas tamparan di sana.

"Aku ke kelas dulu ya," pamit Tasya langsung pergi melewati Marsel yang masih kebingungan.

*****

Tasya hanya merenung sendiri duduk bangkunya, ia masih memikirkan siapa pria berkumis di foto itu. Dan kenapa Mama nya sampai semarah itu melihat Tasya memegang foto itu, ada apa dengan foto itu.

Tanpa sadar kelas sudah mulai ramai dan banyak murid yang berdatangan termasuk Stella. Stella masuk ke dalam kelas di antar oleh Farel. Farel melihat Tasya sedang melamun.

"Tasya," panggil Farel.

Tidak mendapat balasan dari Tasya, Farel berdiri di samping Tasya dan memegang bahunya. Tasya tersentak dengan kehadiran Farel dan Stella yang tiba-tiba.

"Lo kenapa Sya?" tanya Stella.

"N-nggak, gapapa kok Stell. Eh, gimana keadaan kamu?" tanya Tasya saat melihat Stella sudah masuk sekolah.

"Udah baikan kok," jawab Stella.

"Kok kamu gak bilang kalau mau berangkat duluan ke sekolah? Tadi aku sama Stella jemput kamu tapi kata satpam kamu udah jalan pagi-pagi banget."

"Maaf ya Rel," ujar Tasya merasa bersalah.

Farel menghela nafasnya pelan, Farel berjongkok di depan Tasya dan menggenggam tangannya.

"Kamu lagi ada masalah? Cerita sama aku,"

"Nggak kok."

Tasya senang melihat tatapan hangat yang terpancar dari mata Farel. Rasanya tenang melihat tatapan Farel yang penuh dengan ketulusan itu.

Farel menyibak rambut Tasya yang menutupi pipinya. Namun saat itu juga Farel melihat ada bekas merah di pipinya.

"Pipi kamu kenapa?" tanya Farel.

Tasya langsung panik, ia lupa jika bekas kemerahan di pipinya belum hilang. Dengan cepat Tasya menutupi kembali pipinya.

"N-nggak apa-apa Rel," gugup Tasya.

"Jangan bohong."

"Aku gak bohong Rel, ini tuh... kemarin kepentok di kamar mandi," alibi Tasya.

Farel kembali mengecek pipi Tasya apa benar itu bekas kepentok atau yang lainnya.

"Kamu bohong Sya. Ini bukan kepentok, tapi ini bekas tamparan. Siapa yang berani tampar kamu? Siapa yang berani nyakitin kamu?!"

"Farel... aku gapapa, gak ada yang nyakitin aku. Ini beneran kepentok,"

Farel mendesah pelan, ia berdiri lalu memegang puncak kepala Tasya.

"Hari ini aku maafin kebohongan kamu, tapi, nggak dengan orang yang tampar kamu!" ucap Farel setelah itu langsung keluar dari kelas Tasya.

"Fa-farel!"

Tasya tahu, ia salah sudah tidak jujur dengan Farel. Tasya hanya tidak ingin Farel ikut campur masalah keluarganya.

"Lo tahu kan Sya, Farel paling gak suka kalau ada kebohongan?" ujar Stella di samping Tasya.

"Iya Stell tapi----"

"Udah. Gue tahu kok, pasti ada alasan kenapa lo gak mau jujur sama Farel."

Tasya menghela nafasnya gusar lalu ia menenggelamkan wajahnya di tumpukan kedua tangannya. Semoga Farel tidak terlalu lama marahnya.

*****

"Selamat pagi anak-anak hari ini kalian kedatangan teman baru dari SMABA."

"SMA BARU Pak," koreksi pria di sampingnya.

"Iya. SMABA kan? SMA BARU," jelas Pak Tom.

"Perkenalkan diri kamu," suruh Pak Tom.

"Baik, selamat pagi semuanya. Kenalin, gue Marsel Saputra pindahan dari SMA BARU. Kemarin gue masih jadi siswa SMA BARU yang tak lain adalah tetangga SMA PANDU dan sekarang gue udah sah jadi keluarga SMA PANDU."

"Alasan kamu pindah ke SMA PANDU apa?" tanya Pak Tom.

"Karena saya menyukai salah satu murid SMA PANDU pak," jawab Marsel.

"Siapa orang itu? Boleh saya tahu?"

"Jangan Pak, entar Bapak suka lagi. Saya gak mau saingan sama guru sendiri entar dosa."

"Kenapa sampai berdosa?" tanya Pak Tom semakin menanggapi ucapan Marsel.

"Karena saya gak mau ngalah sama orang tua."

Pak Tom membelakkan matanya."Maksud kamu saya sudah tua gitu?"

"Nggak sih Pak lebih ke berumur aja," jawab Marsel membuat Pak Tom geleng-geleng kepala.

"Sama aja. Sekarang kamu boleh duduk."

Marsel mengangguk dan memilih duduk di meja samping meja Tasya. Marsel terus tersenyum kearah Tasya sedangkan Tasya hanya tersenyum canggung.

TRAVMA (Segera Terbit)Where stories live. Discover now