[41]TRAVMA

37.1K 2.6K 193
                                    

Holaa, selamat malam semuanya...

Udah siap baca kelanjutan part kemarin? Jangan lupa vote dan komennya, ya.

Ajak juga teman-teman kalian untuk baca cerita ini. Karena semakin seru alurnya.

Thanks and happy reading🖤

*****

Sejak satu jam yang lalu Tasya hanya menyandarkan kepalanya di kepala ranjang dengan tatapan kosong. Air matanya terus mengalir tanpa ia sadari. Kini tubuhnya hanya terbalut selimut tebal sampai dada.

Malam ini ia sudah kehilangan kesuciannya. Ya, Farel telah merenggut paksa masa depan Tasya.

Hancur? Tentu saja. Siapa yang tidak hancur saat kesucian yang ia jaga di renggut begitu saja.

Farel terbangun saat mendengar suara isakan di sampingnya. Farel merubah posisinya menjadi duduk menghadap Tasya.

Tangan Farel terulur menghapus jejak air mata di pipi Tasya. Farel terlalu terbawa amarah sampai berbuat hal keji ini kepada pacarnya.

"Aku gak bermaksud buat kayak gini, Sya. Aku minta maaf sayang," lirih Farel.

Farel hendak menyentuh tangan Tasya namun terlebih dahulu di tepis oleh Tasya.

"Kamu pikir dengan minta maaf akan mengembalikan kesucian aku?" ucap Tasya tanpa menoleh kearah Farel.

"Aku tau aku salah dan aku sangat menyesal. Hanya ini yang ada di pikiran aku agar kamu berhenti minta putus. Aku mau kamu jadi milik aku seutuhnya."

"Kamu bukan hanya mengambil kesucian aku, Rel tapi juga menghancurkan masa depan aku!"

"Aku tau itu." Farel menunduk menyesal. Farel tidak tahu harus berkata apa selain kata maaf.

Kedua mata Tasya memerah akibat menangis selama satu jam lamanya.

"Kamu egois tau gak, Rel! Apa kamu gak mikir perbuatan kamu ini bisa bikin aku hamil. Umur aku masih 17 tahun, Rel dan aku gak mau itu terjadi!" ucap Tasya.

Farel menggenggam tangan Tasya.

"Apapun yang terjadi sama kamu nantinya aku bakal tanggung jawab. Kalau kamu hamil pun aku akan nikahin kamu."

Tasya membuang muka tidak ingin menatap wajah Farel. Hatinya masih sakit karena Farel merenggut kesucian yang selama ini ia jaga.

Bagaimana jika Bian tahu jika adik perempuan yang dari kecil ia lindungi di rusak. Bagaimana jika Mamanya tau jika anak gadisnya sudah tidak suci lagi. Pasti mereka semua akan kecewa.

"Tapi, sebelum itu terjadi kamu minum pil KB ya. Buat jaga-jaga dari hal yang gak kita inginkan."

Mendengar ucapan Farel membuat Tasya menatapnya dengan tatapan tidak menyangka.

Drrtt... Drrtt... Drrtt...

Farel mengambil ponselnya yang berdering di atas nakas. Mata Farel membulat dengan sempurna saat nama sang Papa tertera di layar ponselnya.

Dengan perasaan takut Farel mengangkat panggilan telfon itu.

"H-halo, Pa?"

"[...]"

"I-iya, Pa Farel ke rumah sakit sekarang."

Farel bergegas turun dari ranjang lalu memakai bajunya. Ia mengambil kunci mobilnya di atas nakas.

"Kamu mau kemana Rel?" tanya Tasya saat Farel terlihat sangat panik.

"Maaf, aku harus pergi sekarang!"

Farel pergi dari apartemen langsung meninggalkan Tasya seorang diri di sana. Air mata Tasya kembali meluruh ketika Farel meninggalkan dirinya dalam keadaan seperti sekarang.

Dimana hati nuraninya, Farel anggap Tasya itu perempuan apa. Setelah di rusak lalu di tinggal begitu saja tanpa penjelasan. Tasya hanya bisa menangis menyesali kejadian malam hari ini.

*****

Farel berjalan tergesa-gesa menuju ruang rawat Stella. Tadi Papanya mengabarkan jika Stella kritis dan di larikan ke rumah sakit.

Di depan ruangan itu sudah ada Papa dan Mamanya. Mereka terlihat sangat panik di sana.

"Pa, gimana keadaan---"

Plak!

Belum selesai Farel berucap, Arya sudah melayangkan tamparan di pipi Farel.

"Papa!"

Kamila yang tengah duduk langsung berdiri melihat suaminya menampar Farel dengan begitu keras.

"Kenapa kamu tinggalkan Stella sendiri di depan restoran. Apa kamu sudah lupa dengan tanggung jawab kamu!" bentak Arya dengan raut wajah penuh amarah.

"Pa, jangan terlalu keras sama Farel," tegur Kamila tidak tega dengan Farel.

"Mama jangan sering belain Farel, nanti dia jadi anak yang pembangkang!"

"F-farel minta maaf, Pa," ucap Farel lirih. Farel hanya bisa menundukkan kepalanya tidak berani menatap wajah sang Ayah.

"Papa dengar kamu tinggalin Stella karena pacar kamu itu? Kalau sampai terjadi sesuatu hal yang buruk kepada Stella, Papa akan kirim kamu ke jepang. Camkan itu!" ancam Arya lalu masuk ke dalam kamar rawat Stella.

Setelah kepergian Papanya, Kamila membawa putranya itu ke dalam pelukannya. Pundak Farel bergetar, ia menangis di dekapan sang Mama.

"Farel gak mau pergi ke jepang, Ma. Farel gak mau jauh dari Tasya," isak Farel.

Kamila membelai lembut bahu anaknya.

"Mama tahu sayang, maka dari itu kamu turuti dulu kemauan Papa mu."

"Farel capek Ma, Farel bukan robot."

*****

Di sisi lain Tasya berjalan seorang diri di bawah derasnya hujan. Setelah kepergian Farel, Tasya memilih untuk keluar dari apartemen Farel. Jam sudah menunjukkan pukul 02:00 dan jalanan sangat sepi.

Tasya berjalan dengan tertatih, ia berjalan menyusuri jalan raya tanpa alas kaki dan membiarkan tubuhnya di guyur hujan.

Bahkan air hujan pun tidak mampu membersihkan tubuh Tasya yang sudah kotor ini. Tatapan Tasya kosong seperti tidak ada kehidupan. Kemana Tasya harus pulang? Kemana Tasya harus mengadu? Tasya kehilangan arah saat ini.

Yang bisa ia lakukan hanya membiarkan air matanya mengalir bersamaan dengan air hujan. Langit sangat tahu jika dunia Tasya saat ini tengah muram. Langit menurunkan hujan untuk menemani langkahnya yang sepi.

Karena terlalu larut dalam kesedihan, Tasya tidak sadar jika ada batu di depan yang membuat kakinya tersandung. Lutut Tasya menghantam aspal kasar sampai mengeluarkan darah segar. Tasya tidak meringis kesakitan karena luka di lututnya tidak sebanding dengan rasa sakit di hatinya.

"AARRGGH!!" Tasya berteriak sekencang mungkin mengeluarkan segala amarah yang berada di dalam hatinya.

"Tuhan, skenario apa yang kau berikan kepada ku. Dan peran apa yang aku jalankan saat ini. Mengapa begitu rumit, Tuhan!"

TRAVMA (Segera Terbit)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora