[49]TRAVMA

28K 2.2K 45
                                    

Malam ini adalah hari pertunangan Farel dan Stella. Setelah Farel setuju untuk bertunangan dengan Stella, Arya langsung mempersiapkan acaranya dalam kurun satu minggu. Selama itu pula Farel dan Tasya seperti orang asing. Lebih tepatnya Tasya yang menjauhi Farel.

"Akhirnya kau pulang juga Arga."

Arya menyambut kedatangan Arga dan juga Tiwi yang baru sampai di indonesia pagi tadi. Orang tua Stella selama ini berada di luar negeri karena harus menangani perusahaannya yang berada di amerika.

"Tentu saja aku pulang Arya, putriku akan bertunangan hari ini. Aku senang karena putramu lah yang menjadi calonnya," ujar Arga.

"Aku juga sangat senang karena sebentar lagi kita akan menjadi besan."

"Arya, dimana Kamila?" tanya Tiwi, Ibunda Stella.

"Ada. Sebentar aku panggilkan."

Arya pergi ke dalam untuk memanggil Kamila. Wanita itu sedang berada di kamar menemani Farel bersiap-siap.

"Mila, pergilah keluar dan temui Tiwi. Dia ingin bertemu dengan mu," ujar Arya di ambang pintu.

"Baiklah."

Kamila tidak banyak protes, ia langsung keluar meninggalkan Arya dan Farel. Arya melangkah mendekati Farel yang sudah siap dengan kemeja putih di baluti dengan jas hitam.

"Ingat, jangan sampai acara ini gagal hanya karena kekasih kamu datang malam ini!" peringat Arya setelah itu pergi dari kamar Farel.

Stella juga berada di satu kamar yang sama dengan Farel. Ia mendekati Farel yang melamun di depan cermin.

"Gue tau pertunangan ini terpaksa, Rel. Gue gak akan minta buat lo jadi tunangan beneran. Kita jalani aja perintah bokap lo. Gue juga gak masalah kok kalau lo masih mau punya hubungan dengan Tasya," ujar Stella.

Farel menoleh menatap Stella tidak menyangka. Ada angin apa Stella mengijinkan dirinya berhubungan kembali dengan Tasya. Bukankah harusnya Stella bahagia dengan pertunangan ini.

"Lo serius Stell?" tanya Farel tidak yakin.

"Iya gue serius kok."

"Lo emang sahabat terbaik gue!" Farel langsung memeluk Stella bahagia. Farel beruntung karena mendapatkan sahabat pengertian seperti Stella.

Dengan senang hati Stella membalas pelukan Farel.

"Aduh, bahagia banget kayaknya kalian ini. Ayo keluar acara akan segara di mulai," ujar Tiwi.

*****

"Serius kamu mau datang ke acara pertunangan Farel?" tanya Marsel memastikan.

"Iya aku serius Sel," jawab Tasya yakin.

Tasya meminta Marsel agar menemani dirinya datang ke acara pertunangan pacarnya sendiri. Ya, status Tasya dan Farel masih pacaran. Dan ia di undang di acara lamaran kekasihnya.

*****

Tasya dan Marsel masuk ke gedung acara pertunangan. Ternyata acara tukar cincin sudah di mulai. Tasya berdiri di samping Marsel dengan perasaan tegar.

"Sebelum menyematkan cincin di jari manis sang kekasih, apakah mas Farel mau menyampaikan pesan terlebih dahulu?" ucap sang MC.

Farel mengangguk lalu mengambil alih mic dari tangan sang MC.

Satu tangan Farel menggenggam tangan Stella satu lagi memegang mic. Tatapan Farel beralih menatap ke arah Tasya yang berada di belakang sana. Meskipun jaraknya cukup jauh, Farel masih bisa melihatnya.

"Untuk gadis yang aku cintai, jangan pernah menyerah dengan keadaan yang terus menguji kita. Jangan goyah dengan ombak yang terus menghantam hubungan kita. Aku yakin, Tuhan punya rencana yang indah untuk kita kedepannya nanti."

Semua undangan bertepuk tangan dengan kata-kata indah yang Farel ucapkan untuk calon tunangannya. Namun satu hal yang mereka tidak tahu jika sebenarnya kata-kata untuk gadis cantik yang berdiri di baris paling belakang.

Farel mengambil cincin lalu menyematkan di jari manis Stella. Suara riuh tepuk tangan menggelegar di ruangan itu. Tasya memejamkan mata membiarkan air matanya meluruh. Ia meremas kuat perutnya.

"Sya? Are you okey?" tanya Marsel menyadarkan Tasya dari rasa sakitnya.

"Aku mau pulang aja, Sel."

Tasya pergi terlebih dahulu keluar dari gedung. Tasya tidak tahan berada di dalam acara pertunangan pacarnya sendiri.

I'AM NOT OKEY BUT I'TS OKEY!

Di dalam mobil Tasya hanya menatap ke luar jendela. Kepalanya terus saja di hantui dengan bayang-bayang Farel menyematkan cincin di jari manis gadis yang selalu ia bilang hanya seorang sahabat. Ternyata, seorang sahabat pun tidak menutup kemungkinan jika mereka jodoh kita.

Mobil Marsel berhenti tepat di depan rumah Tasya. Tasya turun tanpa sebuah kata namun langkahnya di hentikan oleh Marsel.

"Tasya."

Tasya menoleh menatap Marsel."Iya?"

"Kalau kamu butuh seseorang untuk curhat. Kamu bisa kok hubungi nomor aku," ujar Marsel.

"Iya Sel."

"Nomor aku masih yang lama ya!"

Tasya hanya tersenyum tipis lalu melanjutkan langkahnya untuk masuk ke dalam rumah.

*****

Saat ini Tasya berendam di dalam bath up. Tubuhnya sangat lelah dan butuh di istirahatkan.

Tasya memejamkan matanya yang terus mengalirkan air mata dari sudut matanya. Sakit rasanya saat ia kedatangan sesuatu yang seharusnya di sambut dengan bahagia malah berganti dengan derita kepergian orang itu.

Tasya membuka matanya lalu mengambil benda kecil di sisi bath up. Tasya memperhatikan benda kecil dengan dua garis di tengahnya.

"Kenapa kamu harus hadir sekarang? Usiaku masih belum siap untuk menjadi seorang ibu," lirih Tasya menatap testpack dengan hasil positif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa kamu harus hadir sekarang? Usiaku masih belum siap untuk menjadi seorang ibu," lirih Tasya menatap testpack dengan hasil positif.

Tasya positif hamil di hari pertunangan Ayah dari anak yang sedang di kandungnya saat ini. Bagaimana cara Tasya memberitahu Farel jika dirinya hamil.

"Kamu hadir di saat Ayah mu pergi. Lalu bagaimana Ibu mu akan menanggung beban sebesar ini sendiri?"

Tasya memejamkan matanya lalu menenggelamkan kepalanya ke dalam air.

TRAVMA (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang