[32]TRAVMA

39.6K 3.3K 332
                                    

Holaa, selamat malam semuanya...

Sebelum baca jangan lupa vote dan komennya, ya. Dan ajak teman-teman kalian juga untuk baca cerita ini. Jangan biarkan lapak ini sepi!

Sebelum lanjut baca, aku mau kasih kalian pengertian kenapa aku nulis setiap chapter itu sedikit.

Jadi, teman-teman semua... kalian pernah gak ngalamin stres saat melakukan suatu hal yang karena terpaksa? Kalau kalian pernah, pasti kalian tau gimana rasanya.

Nah, aku pun begitu teman-teman sekalian. Aku nulis karena aku mau dan aku mampu, lebih tepatnya ngetik ya, hehe. Dan kemampuan aku cuma sampai di situ aja. Kalau aku paksain nulis chapter panjang banget yang ada hasilnya bakal gak bagus teman-teman. Dan kalian juga pasti bakal bosen bacanya.

Aku cuma mau kalian itu puas sama tulisan fiksi yang aku buat. Ya, meskipun masih banyak kekurangan dan kesalahannya. Kalian juga bisa kritik kalau cerita aku ada yang salah. Dan aku pasti akan menerima hal itu karena aku juga masih belajar teman-teman.

#Kritik dan membanding-banding kan itu berbeda ya teman-teman.

Gitu, ya, semoga teman-teman sekalian mengerti. Kalian juga bisa cek semua cerita aku dan itu chapter nya emang pendek semua.

Thanks and happy reading guys🖤

*****

"Tasya! Tasya berhenti!"

Yola menggapai tangan Tasya agar berhenti melangkah.

Tasya menundukkan kepalanya saat menghadap Yola. Bahu Tasya masih bergetar.

"Kenapa lo pergi gitu aja? Harusnya lo tampar dia Tasya! Dia udah merendahkan lo di depan semua orang!" geram Yola.

Yola menarik dagu Tasya agar menatap matanya. Tasya tetaplah Tasya, sampai kapan pun tidak akan pernah bisa berubah.

"Harusnya tadi lo tampar dia kalau bisa lo putusin. Jangan cuma nangis doang bisa lo! Bodoh banget jadi cewek!"

Tasya menghempaskan tangan Yola dari pergelangan tangannya. Tatapan Tasya berubah menjadi tajam.

"Ya, gue emang bodoh, bego, goblok! Apalagi kata-kata yang mau lo lontarkan ke gue? Keluarin semuanya biar lo puas maki gue yang bodoh ini."

Yola terdiam sebentar melihat balasan Tasya. Namun di detik berikutnya, Yola menarik Tasya ke dalam pelukannya. Yola tahu, yang saat ini Tasya butuhkan adalah ketenangan.

Yola mendengar isakan-isakan yang keluar dari mulut sahabat masa kecilnya. Rasa peduli yang ada di diri Yola mengalahkan rasa bencinya ke Tasya. Logikanya menolak untuk peduli namun hatinya sangat terluka melihat sahabatnya yang saat ini tengah rapuh.

"Gue harus gimana, Yol? Gue gatau apa yang harus gue perbuat saat ini. Gue udah capek marah-marah terus," lirih Tasya di pelukan Yola.

Yola mengelus pelan punggung Tasya. Tasya adalah gadis yang lembut, susah untuk Tasya mengekpresikan rasa marahnya. Dari dulu Tasya selalu saja sabar menghadapi sebuah masalah yang menimpanya. Padahal Yola tahu sahabatnya ini tidak sekuat itu.

Apa selama ini Yola salah membenci dan menjauhinya hanya karena hal yang Tasya sendiri tidak tahu. Apa Yola sudah kelewatan menyalahkan Tasya atas kesalahan yang bukan kesalahannya. Entahlah.

"Putusin Farel. Jangan karena cinta lo tutup mata dari kenyataan," ujar Yola.

Tasya melepas pelukannya dengan Yola lalu menghapus bekas air mata di pipinya.

TRAVMA (Segera Terbit)Where stories live. Discover now