[12]TRAVMA

38.4K 3.2K 30
                                    

"Mas Anas belum datang Ma?" tanya Tyas.

Tyas sudah di pindahkan ke kamar rawat, ia sedang menggendong anaknya seraya menunggu kedatangan suaminya.

"Sebentar lagi Anas datang dia sudah ada di dalam perjalanan kesini," jawab Mama Tyas.

Tyas mengangguk mengerti."Sabar ya sayang sebentar lagi Papa nyampek dan langsung gendong kamu," ujar Tyas mencium bayinya.

Tiba-tiba bayi yang di gendong oleh Tyas menangis membuat Tyas khawatir.

"Sayang kamu kenapa? Cup, cup, cup bentar lagi Papa datang kok. Kamu udah gak sabar ya ketemu Papa."

Tyas berusaha menenangkan bayinya namun dia tidak ada hentinya menangis. Bahkan Tyas sudah memberi bayinya asi namun bayinya tetap tidak mau berhenti menangis.

"Ma ini gimana? Perasaan Tyas jadi gak enak," Tyas tidak tahu lagi bagaimana caranya menenangkan bayinya.

"Mama panggil dokter dulu," ujar Mama Tyas.

Mama Tyas pergi untuk memanggil dokter namun di saat ia ingin ke tempat resepsionis ia melihat ada ambulans yang baru saja datang. Dokter dan para perawat langsung berlarian membawa brankar ke arah ambulans.

"I-itu ada apa ya sus?" tanya Mama Tyas ke resepsionis itu.

"Itu korban kecelakaan di jalan mawar buk," jawabnya.

Mama Tyas tidak langsung memanggil dokter yang membantu persalinan Tyas barusan. Ia penasaran siapa korban kecelakaan itu, Mama Tyas mendekat untuk melihat jelas korbannya.

Mama Tyas seketika shock melihat korban kecelakaan yang melintas di depannya.

"Anas."

*****

"Kenapa ini bisa terjadi Mas?" lirih Tyas memeluk Anas yang sedang tidak sadarkan diri.

Kondisi Anas sangat mengenaskan, banyak selang yang terpasang di tubuhnya. Tyas tidak ada hentinya menangis ketika ia mendengar kabar jika Anas mengalami kecelakaan.

"Mas Anas bangun, putri kita udah lahir Mas. Dia memiliki mata yang indah seperti kamu."

Pintu ruangan Anas terbuka menampilkan seorang pria berjas hitam yang wajahnya terlihat panik. Tyas langsung berdiri dari duduknya ketika melihat Bondan sekertaris suaminya datang.

"Ini kenapa bisa terjadi Dan?" tanya Tyas kepada Bondan.

"Sebelumnya saya minta maaf Buk, Pak Anas langsung meninggalkan meeting ketika beliau mendengar kabar jika Ibu akan melahirkan. Pak Anas sangat antusias menanti anak keduanya sampai beliau tidak fokus menyetir. Saat di perjalanan cuaca sangat buruk dan beliau mengendarai mobil di atas rata-rata. Saat akan ada orang yang menyebrang Pak Anas hampir saja menabraknya jika saja Pak Anas tidak banting setir dan menabrak tiang listrik." Jelas Bondan.

"Kurang lebih seperti itu informasi yang saya dapat," ujar Bondan.

Tyas terdiam mematung suaminya kecelakaan itu karena mendengar kabar kelahirannya. Ini semua salahnya, semua kesalahannya.

"T-tyas."

Tyas langsung menoleh kearah Anas yang memanggil namanya. Anas sudah sadar dengan selang oksigen yang masih menempel di hidungnya.

"A-anak kita g-gimana?" tanya Anas lirih.

Tyas langsung memeluk Anas dengan erat hampir saja ia kehilangan suaminya karena mendengar dirinya akan melahirkan.

"Anak kita baik-baik aja Mas, dia perempuan," jawab Tyas terisak di pelukan Anas.

Anas tersenyum bahagia seraya menahan sesak di dadanya. Ia mengelus belakang kepala Tyas dengan penuh kasih sayang. Anas sudah tidak tahan lagi menahan rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya.

"J-jaga... dia baik-baik. B-besarkan putri k-ita dengan penuh ka-kasih sayang," ucap Anas terbata-bata.

"Kita akan membesarkan anak-anak kita bersama Mas. Kita akan melihat Bian dan putri kita tumbuh besar bersama sampai mereka menikah nanti."

"A-aku s-sudah tidak sanggup l-lagi untuk melihat mereka tumbuh dewasa."

"Jangan berbicara seperti itu Mas, kamu akan sembuh. Kamu sangat menginginkan bayi perempuan kan? Sekarang dia sudah lahir." Tyas memandang wajah Anas dengan air mata yang terus menderai.

"K-kelahirannya adalah anugrah untukku. Beri nama Anastasya Anugraha untuk putri k-kita."

Tyas melihat nafas Anas terengah-engah, perlahan Anas menutup matanya. Tyas menangis histeris seraya menggoncang tubuh Anas.

"Mas Anas bangun Mas! Jangan tinggalin aku dan anak-anak Mas!"

Flassback Off

"Mama bukan membenci mu Tasya, hanya saja bayang-bayang kepergian Papa mu selalu membuat luka di hati Mama kembali terasa sakit setiap kali Mama melihat wajah kamu."

Tyas sudah membuka semua masalalu yang selama ini ia rahasiakan dari Tasya. Tasya bersimpuh di lantai menghadap kearah Mama nya yang duduk di atas kasur.

"Terus kenapa Mama selalu marah setiap kali Tasya tanya soal Papa?" tanya Tasya lirih.

"Karena kamu penyebab Papa kamu meninggal! Andai saja malam itu Papa kamu tidak mendengar kelahiran kamu mungkin sampai saat ini Papa kamu masih hidup!"

Tasya berusaha meraih tangan Tyas namun Tyas menepisnya begitu saja.

"I-itu kecelakaan Ma..."

"Dan penyebab kecelakaan itu adalah kelahiran kamu Tasya!" bentak Tyas.

"Sekarang kamu keluar dari kamar Mama!"

Tyas menarik tangan Tasya dan menyeretnya keluar kamar."Sampai kapan pun Mama nggak akan pernah melupakan kejadian itu!" ucap Tyas langsung menutup pintu kamarnya.

TRAVMA (Segera Terbit)Where stories live. Discover now