[66]TRAVMA

40.9K 2.6K 148
                                    

Ternyata belum siap aku, kehilangan diri mu. Belum sanggup untuk jauh dari mu yang masih selalu ada dalam hati ku.

-STEVAN PASARIBU-

*****

Mendengar ucapan sang perawat tubuh Tyas merosot ke lantai. Air mata wanita paruh baya itu meluruh begitu saja.

"Gak mungkin."

Tyas menggeleng lemah. Gak mungkin anaknya pergi begitu saja. Tidak mungkin Tasya meninggal.

"Ini barang-barang korban."

Perawat itu memberikan satu kantong plastik yang isinya tas, dompet dan juga ponsel. Dengan tangan gemetar Bian menerimanya.

Bian membuka isi plastik itu dan melihat ponsel itu. Dari casing hpnya Bian sudah tahu jika ponsel yang di pegang itu milik adiknya.

Farel merebut barang-barang itu dari tangan Bian. Kini cowok itu menatap perawat dengan tajam.

"Ini pasti ada yang salah. Gak mungkin Tasya meninggal! Kasik tau saya di mana mayatnya!" ucap Farel.

"Mari saya antar," ujar perawat itu.

Bian membantu Mamanya berdiri dan mengikuti perawat itu ke kamar mayat. Bian, Tyas, dan juga Farel mengikuti perawat itu dari belakang.

Sesampainya di depan kamar mayat, perawat itu meminta penjaga mengantarkan mereka pada korban tabrak lari.

Ketiga orang itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam dengan kaki gemetar. Semoga bukan Tasya yang mereka kenal korbannya.

"Silahkan."

Penjaga kamar mayat itu mengantar mereka ke depan tubuh yang tertutup kain putih. Tangan Tyas gemetar membuka kain putih yang menutup wajah sang korban.

Tyas langsung menutup mulutnya melihat wajah mayat itu. Dengan cepat Bian menangkap tubuh ibunya yang hampir limbung.

"N-nggak! I-itu bukan adik kamu kan Bian itu pasti bukan Tasya!" Tyas histeris melihat wajah mayat yang sudah rusak itu. Sangat banyak luka di wajah itu hingga tidak bisa untuk di kenali.

Dengan langkah pelan Farel mendekati mayat itu. Cowok itu membuka sebagian kain yang menutupi badannya. Mata Farel membulat dengan sempurna. Baju yang di pakai sama dengan baju yang terakhir kali Tasya pakai.

"Bilang sama Mama itu bukan adik kamu Bian," ujar Tyas masih tidak percaya jika mayat yang di depannya itu bukanlah anaknya.

Bian berusaha untuk menenangkan Mamanya. Pria itu berusaha untuk tetap tegar meski hatinya terasa hancur. Pria itu tidak mampu berucap. Yang bisa ia lakukan hanya memenangkan Mamanya.

Farel menyenderkan tubuhnya pada dinding. Pandangan laki-laki itu tiba-tiba mengabur. Susah untuk dirinya percaya jika mayat di depannya itu adalah Tasya.

Bian berdiri menghampiri Farel. Bian menarik kerah baju pria itu.

"Gara-gara lo malam ini seorang ibu kehilangan putrinya. Gara-gara lo juga seorang kakak kehilangan adik perempuannya! Ini semua gara-gara lo bangsat!" umpat Bian di depan wajah Farel. Pria itu melepas cekalan Bian dari kerah bajunya.

TRAVMA (Segera Terbit)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant